Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Sabtu, 02 September 2017

K.H. Abdul Hafizh Dasuki, Konseptor Handal yang Sederhana

Sosok seorang Drs. K.H. Abdul Hafizh Dasuki, M.A. mungkin kurang dikenal santri-santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) dari dekade 80-an hingga sekarang, mengingat beliau tidak aktif langsung dalam proses belajar mengajar di KMI. Pengabdiannya kepada Pondok Modern Darussalam Gontor secara langsung diwujudkan dengan keterlibatannya dalam lembaga tertinggi di PMDG, yaitu Badan Wakaf. Melalui lembaga yang mengadakan sidangnya dalam dua kali setahun inilah, Pak Hafizh memberi sumbangan pemikiran yang kreatif dan inovatif untuk kemajuan dan pengembangan PMDG di masa-masa yang akan datang.
Pak Hafizh yang dilahirkan di Losari Brebes, pada tanggal 24 Agustus 1939, ini dikenal sangat akrab dengan K.H. Imam Zarkasyi, bahkan Pak Zar tak segan-segan menganggapnya sebabai anak sendiri. Karena kedekatannya dengan Pak Zar inilah, Pak Hafiz–menurut Rahmawati, putri ketiganya–mendapat pelajaran yang banyak dan berharga dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara kemudian. Di antara perjalanan karirnya, Pak Hafizh adalah kepercayaan Mukti Ali, Alamsyah Ratuprawiranegara, dan Munawwir Sadzali sebagai asisten pribadi mereka ketika menjabat Menteri Agama RI (1975-1982), kemudian beliau diangkat menjadis staf ahli Departemen Agama (1982-1988).
Kepercayan para Menteri Agama RI saat itu tidak lepas dari pendidikan Pak Zar terhadapnya semasa ia dipercaya Pak Zar menjadi sekretaris pribadinya. Pak Zar–kesan Pak Hafizh yang disampaikan kepada Rahmawati–sangat teliti dalam mengoreksi konsep yang dibebankan kepadanya, Pak Zar tidak segan-segan menyobek konsep itu ketika didapatkan kesalahan penulisan di dalamnya. Bahkan, Pak Hafiz suatu ketika harus menulis ulang konsep hasil buatannya sebanyak 17 kali karena adanya kesalahan yang selalu didapatkan gurunya itu. Dari sinilah Pak Hafizh banyak mengambil pelajaran sehingga ia tumbuh menjadi konseptor handal kepercayaan orang banyak.
Meskipun Pak Hafizh menjadi pejabat tinggi pemerintah di lingkungan Departemen Agama RI hingga wafatnya, namun hal itu tidak membuat beliau besar kepala dan bergaya hidup mewah. Jabatan terakhir sebagai Kepala Puslitbang Departemen Agama Seksi Pentashih Al-Qur’an tidak membawanya lupa menerapkan kesederhanaan hidup yang diajarkan Pak Zar semasa di Gontor. Kesederhanaan yang menjadi salah satu jiwa pondok pesantren diterapkannya di lingkungan keluarga dan dalam pergaulannya dengan kawan-kawa kerja.
Di mata keluarga, Pak Hafizh yang meraih sarjana di IAIN Jakarta dan meraih Master Sejarah di Kanada ini adalah pendidik yang moderat, pribadi yang sederhana dan orang tua yang berdisiplin tinggi. Bagi kelima orang anak perempuannya, Pak Hafizh adalah sosok ayah yang penuh pengertian, keras dalam hal-hal prinsipil seperti ibadah. Nasihat buat istri dan anak-anaknya hampir selalu dikaitkan dengan pengalamannya bersama Pak Zar, sehingga tak heran apabila keluarga Pak Hafizh banyak hafal sosok gurunya itu.
Pada tanggal 29 Mei 1999, beliau meninggal dunia di Pondok Modern Darussalam Gontor pada pukul 22.08 WIB. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Selamat jalan, Ustadz.... Kami akan selalu mengenang jasamu dalam mengharumkan nama pondok di negeri ini. Kami selalu berdo’a, semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Amin.


Sumber: Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar