Sosok seorang Drs. K.H. Abdul Hafizh Dasuki, M.A. mungkin kurang dikenal santri-santri
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) dari dekade 80-an hingga sekarang, mengingat
beliau tidak aktif langsung dalam proses belajar mengajar di KMI. Pengabdiannya
kepada Pondok Modern Darussalam Gontor secara langsung diwujudkan dengan
keterlibatannya dalam lembaga tertinggi di PMDG, yaitu Badan Wakaf. Melalui
lembaga yang mengadakan sidangnya dalam dua kali setahun inilah, Pak Hafizh
memberi sumbangan pemikiran yang kreatif dan inovatif untuk kemajuan dan
pengembangan PMDG di masa-masa yang akan datang.
Pak Hafizh yang dilahirkan di Losari Brebes, pada tanggal 24 Agustus 1939,
ini dikenal sangat akrab dengan K.H. Imam Zarkasyi, bahkan Pak Zar tak
segan-segan menganggapnya sebabai anak sendiri. Karena kedekatannya dengan Pak
Zar inilah, Pak Hafiz–menurut Rahmawati, putri ketiganya–mendapat pelajaran
yang banyak dan berharga dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara kemudian.
Di antara perjalanan karirnya, Pak Hafizh adalah kepercayaan Mukti Ali,
Alamsyah Ratuprawiranegara, dan Munawwir Sadzali sebagai asisten pribadi mereka
ketika menjabat Menteri Agama RI (1975-1982), kemudian beliau diangkat menjadis
staf ahli Departemen Agama (1982-1988).
Kepercayan para Menteri Agama RI saat itu tidak lepas dari pendidikan Pak
Zar terhadapnya semasa ia dipercaya Pak Zar menjadi sekretaris pribadinya. Pak
Zar–kesan Pak Hafizh yang disampaikan kepada Rahmawati–sangat teliti dalam
mengoreksi konsep yang dibebankan kepadanya, Pak Zar tidak segan-segan menyobek
konsep itu ketika didapatkan kesalahan penulisan di dalamnya. Bahkan, Pak Hafiz
suatu ketika harus menulis ulang konsep hasil buatannya sebanyak 17 kali karena
adanya kesalahan yang selalu didapatkan gurunya itu. Dari sinilah Pak Hafizh
banyak mengambil pelajaran sehingga ia tumbuh menjadi konseptor handal
kepercayaan orang banyak.
Meskipun Pak Hafizh menjadi pejabat tinggi pemerintah di lingkungan
Departemen Agama RI hingga wafatnya, namun hal itu tidak membuat beliau besar
kepala dan bergaya hidup mewah. Jabatan terakhir sebagai Kepala Puslitbang
Departemen Agama Seksi Pentashih Al-Qur’an tidak membawanya lupa menerapkan
kesederhanaan hidup yang diajarkan Pak Zar semasa di Gontor. Kesederhanaan yang
menjadi salah satu jiwa pondok pesantren diterapkannya di lingkungan keluarga
dan dalam pergaulannya dengan kawan-kawa kerja.
Di mata keluarga, Pak Hafizh yang meraih sarjana di IAIN Jakarta dan meraih
Master Sejarah di Kanada ini adalah pendidik yang moderat, pribadi yang sederhana
dan orang tua yang berdisiplin tinggi. Bagi kelima orang anak perempuannya, Pak
Hafizh adalah sosok ayah yang penuh pengertian, keras dalam hal-hal prinsipil
seperti ibadah. Nasihat buat istri dan anak-anaknya hampir selalu dikaitkan
dengan pengalamannya bersama Pak Zar, sehingga tak heran apabila keluarga Pak
Hafizh banyak hafal sosok gurunya itu.
Pada tanggal 29 Mei 1999, beliau meninggal dunia di Pondok Modern
Darussalam Gontor pada pukul 22.08 WIB. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.
Selamat jalan, Ustadz.... Kami akan selalu mengenang jasamu dalam mengharumkan
nama pondok di negeri ini. Kami selalu berdo’a, semoga Allah memberikan tempat
terbaik di sisi-Nya. Amin.
Sumber: Warta
Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar