Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Kamis, 14 Desember 2017

"Makhluk Gaib" Itu Bernama CLI

Pernah mendengar istilah OPPM? Itulah nama organisasi santri Gontor setingkat OSIS di SMP atau SMA. Kepanjangannya adalah Organisasi Pelajar Pondok Modern. Katanya, Bagian Penggerak Bahasa Pusat merupakan salah satu bagian bergengsi di OPPM selain Bagian Keamanan. Bagian yang menangani aktivitas kebahasaan di Gontor ini disebut juga dengan CLI, yaitu the Center for Language Improvement atau dalam bahasa Arab disebut Qism Ihyaa’ al-Lughah al-Markazy.
Disiplin bahasa memang salah satu andalan Gontor. Bahkan, bahasa seringkali dikatakan sebagai mahkota pondok. Karena itulah, CLI bukan bagian sembarangan. Orang-orangnya tidak bisa dipilih secara acak atau asal-asalan. Mereka sudah dilacak sejak masih berstatus santri baru, dan terus dipantau hingga duduk di kelas 5. Tidak mudah menemukan orang-orang yang berkompeten dan berkomitmen menjalankan disiplin bahasa, baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris.
Tapi, mereka akan muncul secara perlahan ke permukaan melalui berbagai ajang kompetisi bahasa yang digelar CLI. Ada beberapa perlombaan di Gontor yang tujuannya menggali potensi bahasa santri. Salah satunya adalah lomba pidato dalam tiga bahasa. Selain itu ada lomba drama berbahasa Arab dan Inggris. Ada juga lomba baca berita, lomba menyanyi, lomba baca puisi, dan lain sebagainya. Tentunya itu dilaksanakan dalam bahasa Arab dan Inggris. Dari situlah CLI mulai mencari kader-kadernya selain melalui pantauan pengurus asrama terhadap keseharian santri-santri di asrama masing-masing.
Setelah menemukan orang-orang berpotensi itu, CLI akan merekrut mereka menjadi anggota Istirqa’, semacam kelompok kecil pecinta bahasa yang dibentuk CLI. Mereka beranggotakan santri dari kelas 2 hingga kelas 4. Tidak banyak yang bisa direkrut. Kadang-kadang, setelah melewati proses selesksi, dari sekian ribu santri, CLI hanya mendapatkan 10-15 orang untuk dijadikan anggota Istirqa’. Merekalah cikal bakal bagian CLI di masa depan walaupun tidak semuanya terpilih. Setidaknya, anggota CLI saat itu sudah mempersiapkan pengganti mereka dari jauh-jauh hari.
Banyak orang yang mengatakan bahwa Bagian Penggerak Bahasa Pusat itu lebih berwibawa dan lebih ditakuti daripada Bagian Keamanan Pusat. Bisa jadi. Orang-orang CLI itu bergerak lebih bebas dan jangkauannya lebih luas daripada Bagian Keamanan. Mereka tidak mengenal tempat dan waktu untuk menjalankan disiplin bahasa. Mereka bisa berada di mana saja tanpa Anda ketahui keberadaannya. Anda baru menyadarinya saat terdengar teriakan mereka menggema memarahi orang yang melanggar bahasa.
Kenapa mereka harus berteriak dan menggegerkan santri sepondok? Itulah yang dinamakan syiar bahasa. Mereka tengah menjalankan syiar bahasa. Secara tidak langsung, mereka memberi contoh berbahasa Arab atau Inggris yang baik. Selain itu, teriakan itu tidak hanya ditujukan bagi orang yang sedang melanggar di hadapannya, tapi bagi seluruh santri yang mendengar teriakannya agar tidak ada yang berbincang dengan bahasa nonresmi, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.
Karena kehadiran mereka yang sering tiba-tiba dan tanpa disadari, santri-santri sangat berhati-hati melontarkan kata-kata. Tidak jarang kita mendapatkan santri yang berbicara pelan dengan temannya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Tentu saja ia sedang mencari-cari keberadaan orang-orang CLI. Lucu juga, orang-orang yang sudah berhati-hati sedemikian rupa tetap saja ketahuan CLI. Makhluk Gaib seperti apa orang CLI itu, hingga kehadirannya bisa tidak diketahui orang?
Orang-orang CLI tidak seperti Bagian Keamanan si penegak disiplin nonbahasa yang sangat mudah dideteksi kehadirannya. Walaupun CLI termasuk bagian bergengsi, penampilan mereka tidak berbeda dengan santri kelas 6 lainnya yang bukan anggota CLI. Rambut mereka seperti kebanyak santri lainnya. Tidak seperti Bagian Keamanan yang harus dicukur gaya tentara atau cepak.
Mereka juga tidak selalu menggunakan jas untuk memeriksa tiap asrama. Jas digunakan saat kegiatan resmi di waktu-waktu tertentu saja. Mereka juga lebih suka jalan kaki menyusur sudut-sudut pondok sambil mendengarkan percakapan santri. Sedangkan Bagian Keamanan sangat identik dengan jas dan sepeda. Itulah sebabnya kehadiran CLI begitu sulit dideteksi dibandingkan Bagian Keamanan.
Akan tetapi, kalau kehadiran mereka sudah terdeteksi, tempat yang dilaluinya tiba-tiba menjadi senyap. Santri-santri seperti berbicara dengan isyarat mata, tangan, atau anggukan kepala. Atau, di tempat itu akan terdengar kalimat-kalimat bahasa Arab atau Inggris yang indah dan tersusun dengan baik meluncur dari mulut santri-santri. Sepertinya, jika CLI melewati tempat itu setiap waktu, maka bahasa santri di sekitar situ akan meningkat drastis. shah wa

Kampung Damai, 7 Desember 2017

Abdul Wahid Mursyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar