Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Minggu, 31 Desember 2017

Ustadz Abdus Somad

Salah seorang saudaraku pernah bertanya tentang Ustadz Abdus Somad. Ternyata, popularitas beliau sudah sampai ke Kalimantan. Gaya khas beliau dalam menyampaikan ceramah memang menarik. Orang-orang menilai beliau sebagai dai yang tegas, luwes, berwawasan luas, dan jenaka.
Salah seorang sahabatku mengatakan bahwa beliau bertipe dai pemersatu umat. Ustadz Abdus Somad tidak hanya diterima ulama NU, tapi juga diterima ulama Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, beliau seakan mengamalkan ajaran Gontor, yaitu berdiri di atas dan untuk semua golongan.
Ceramahnya beliau yang mengena dan disukai banyak orang membuat beberapa kalangan gerah. Mereka gerah karena melihat potensi bersatunya umat Islam yang mulai memahami ajaran agama mereka melalui ceramah-ceramah Ustadz Abdus Somad, baik menyimaknya langsung dari sang dai, maupun menyaksikan dari saluran youtube.
Memang, perpecahan umat Islam yang terjadi selama ini tidak lain karena kurangnya pemahaman mereka terhadap ajaran agama. Ketidaktahuan membuat mereka bertaklid buta dan sering berselisih karena berbeda pendapat. Kedatangan Ustadz Somad mulai tampak mencairkan ketegangan ini.
Dampak positif yang ditimbulkan Ustadz Somad dengan ceramah-ceramahnya yang menasional hingga mendunia itu bisa menghalangi langkah orang-orang yang ingin menghancurkan Islam. Karena itu, belakangan ini mereka mulai menebar isu berbau fitnah untuk menghancurkan citra sang ustadz.
Usaha mereka bisa dilihat dari adanya beberapa penolakan kehadiran Ustadz Abdus Somad akhir-akhir ini. Sebelum ditolak di Hongkong, beliau sempat mengalami perlakuan tidak nyaman di Bali. Kabar terkini, pengajian beliau di daerah Jakarta baru saja dibatalkan dengan alasan yang tidak jelas.
Penolakan demi penolakan tersebut tidak menyurutkan langkah beliau. Sebaliknya, justru dukungan terhadap beliau makin deras. Kata seorang teman, beliau itu ibarat air, saat ditekan air makin kuat dan bisa menyembur wajah kita. Begitulah fenomena dai asal Riau ini. Beliau makin diterima masyarakat dan makin terkenal di berbagai pelosok Tanah Air. shah wa

Kampung Damai, 29 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar