Aku tidak tahu banyak tentang Palestina. Aku
juga tidak terlalu mengerti sejarahnya. Aku hanya tahu di negara ini terdapat
kota suci tempat Masjid al-Aqsha berdiri. Umat Islam sempat diperintahkan Allah
berkiblat ke sana sebelum diperintahkan berkiblat ke Ka‘bah. Selain menjadi
kota suci bagi umat Islam, Yerussalem, ibukota Palestina, juga merupakan kota
suci bagi umat Nasrani dan Yahudi.
Setahuku, Palestina mulai tampak menjadi
rebutan saat terjadinya Perang Salib. Saat itu, umat Nasrani atau Kristen
berhasil menguasai Palestina bertahun-tahun lamanya. Namun, Salahuddin
al-Ayyubi berhasil mengambil alih Palestina dan memenangkan Perang Salib. Sejak
itu, Palestina secara sah menjadi wilayah kekuasaan Islam.
Belakangan datanglah Yahudi yang menamakan
dirinya bangsa Israel. Mereka memandang tanah Palestina sebagai tanah yang
dijanjikan Tuhan sebagaimana termaktub di kitab pegangan mereka, Talmud.
Sebagai pendatang, status mereka hanyalah tamu di Palestina.
Semua orang tahu bahwa bangsa Israel tidak
punya tempat tinggal. Mereka berpindah ke sana kemari. Bahkan, kisah
pindah-pindah umat Yahudi ini sudah ada sejak zaman Nabi Musa. Tapi, mereka
adalah umat yang tidak pernah bersyukur dengan segala nikmat Tuhan. Mereka
terkenal suka membangkang dan melanggar perintah Allah. Padahal, karunia Allah
tak terhitung banyaknya untuk mereka.
Mereka kemudian melihat Palestina sebagai
tempat terakhir berpindah-pindah. Dengan segala kelicikan dan keserakahan
mereka berusaha merebut Palestina dari tangan umat Islam, penduduk aslinya.
Mereka melakukannya secara terang-terangan. Dunia pun sudah lama mengetahuinya.
Niat jahat Israel ini bukanlah sebuah rahasia.
Tindakannya sangat jelas, yaitu merampas hak milik orang lain secara
brutal dan tak berperikemanusiaan. Mereka melakukannya dengan sangat kasar,
bertindak seperti binatang.
Dunia seperti diam saja mengetahui penderitaan
rakyat Palestina. Beberapa negara Islam memang berani bersuara membela
Palestina dan mengecam Israel. Tapi, tidak pernah ada tindakan konkret yang
membuat Palestina benar-benar terbebas dari cengkeraman Israel. Hingga detik
ini, Palestina malah semakin menderita. Bahkan, kini sebuah negara besar di
dunia mengakui berdirinya negara Israel dengan mengakui Yerussalem sebagai
ibukotanya.
Jika Yerussalem diakui sebagai ibukota Israel,
maka di manakah ibukota Palestina? Bukankah itu pernyataan secara tidak
langsung bahwa tidak ada lagi negara Palestina? Apakah mereka kini berniat
melenyapkan bangsa Palestina dari muka bumi? Beginikah caranya mendirikan
sebuah negara? Yaitu dengan memusnahkan negara lain. Tragis.
Siapakah kini yang berani menentang Amerika
Serikat, negara adidaya yang terang-terangan menyatakan dukungannya untuk Israel
itu? Turki kembali bersuara. Kita bisa sedikit lega saat pemerintah Indonesia
juga menyuarakan hal yang sama, menentang pernyataan Amerika dan ikut mengecam
Israel. Aku tidak tahu ada berapa negara lagi yang kini berdiri membela
Palestina. Kabar terbaru, isu ini menjadi topik utama sidang PBB terakhir.
Namun, belum terdengar keputusan sidang yang mungkin bisa menolong Palestina.
Aku hanya bisa berdoa untuk saudara-saudara
Muslim di sana. Sebagai orang biasa yang tak punya kekuasaan, tak ada yang bisa
kita lakukan selain mendoakan mereka agar segera mendapat pertolongan dari
Allah. Tindakan Israel maupun negara-negara pendukungnya sungguh tak bisa
dibenarkan. Allah pasti akan mendatangkan keadilan untuk hamba-hamba-Nya yang
begitu sabar dan tabah menghadapi cobaan dunia.
Bangsa Palestina seakan menyaksikan surga di
depan mata hingga mereka tak takut mati di ujung senjata. Namun, mereka tetap
berjuang mendapatkan keadilan dan menghentikan kebiadaban sebuah bangsa yang
didukung negara adidaya. Mereka terus berjuang walau tak ada yang datang
memberikan pertolongan, walau tak ada satupun negara yang memberikan pembelaan.
Mereka hanya membutuhkan Allah dan meyakini pertolongan-Nya akan segera tiba.
Sehebat apapun Israel dan Amerika yang mendukungnya, pasti tak akan mampu
menghadapi kekuatan Allah Yang Maha Perkasa. shah wa
Kampung Damai, 9 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar