Reuni anak-anak depe (Darussalam Pos) baru saja usai. Banyak
kisah penuh kesan yang diceritakan oleh generasi lama kepada generasi baru. Kehidupan
selama di depe benar-benar sangat mengesankan mereka hingga kisah-kisah
yang diceritakan mengalir begitu saja dalam reuni singkat itu.
Salah satu kisah menarik terlontar dari Bang Ubaidillah, salah satu
generasi awal depe. Pada tahun 90-an, ada tamu dari tanah Arab yang
berkunjung ke pondok. Mewawancarai seorang syaikh merupakan sebuah kebanggaan
bagi anak-anak depe. Karena tamunya dari Arab, wawancara pastinya
dilakukan dengan bahasa Arab.
Akhirnya, Bang Ubaidillah selaku pemimpin redaksi menugaskan salah
seorang krunya. Anak depe yang “beruntung” mendapatkan tugas itu adalah
Edward. Dia lantas bertanya, “Bagaimana cara wawancaranya? Harus pakai bahasa
Arab ya?”
Bang Ubaidillah yang menyadari Edward kurang percaya diri karena
bahasa Arab pas-pasan langsung mengatakan, “Kayfa sa‘yuka. The show must go
on.”
Kalau sudah mendengar kalimat kayfa sa‘yuka, anak depe langsung
bergerak. Tidak ada yang komplain. Mereka langsung mendapat keberanian seperti
orang yang maju ke medan perang. Siap mati. Edward pun berangkat dengan
sejumlah pertanyaan yang telah ia siapkan di benaknya.
Esoknya, anak-anak depe digemparkan sebuah peristiwa. Edward
menjadi perbincangan, tidak hanya di kalangan santri, tapi juga di kalangan
guru-guru. Ada apa sebenarnya? Edward yang polos itu benar-benar berani
mewawancarai syaikh. Ada satu pertanyaan yang membuat syaikh kebingungan. “Antum
soro maza hunaka, ya syaikh?”
Syaikh yang kebingungan pun bertanya kepada kiai dan guru-guru yang
mendampingi. Sambil tersenyum dan sedikit menahan tawa, kiai menjelaskan kepada
sang tamu maksud dari pertanyaan itu. Ternyata, peristiwa itu menyebar dari
mulut ke mulut dan menjadi kisah lucu walaupun sedikit membawa malu.
Anak-anak depe pun jadi sasaran ejekan sepanjang tahun 90-an
itu. Tapi, mereka menanggapinya dengan santai dan mengambilnya sebagai
pelajaran berharga. Sejak saat itu, mereka selalu menyiapkan pertanyaan
terlebih dahulu sebelum wawancara. shah wa
Kampung Damai, 21 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar