Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Kamis, 14 Desember 2017

Ketika Mama Menelepon

Ketika Mama menelepon, pertanyaannya selalu sama, “Bagaimana kabar? Sudah makan? Lauknya apa? Sedang ngerjain apa? Bagaimana kabar menantu Mama?”
Pertanyaan sederhana itu selalu ditanyakan kepadaku dan juga adik-adikku. Pertanyaan terakhir itu khusus untukku, yaitu tentang kehidupan baruku bersama istriku tercinta. Ibuku  begitu bahagia anak pertamanya mendapatkan pasangan yang tepat. Ia mengaku sangat bersyukur pilihanku jatuh pada wanita yang akhlaknya baik dan bisa menjadi teladan untuk adik-adikku kelak.
Aku bahagia, Ma. Aku pun sangat bersyukur dipertemukan Allah dengan wanita idaman yang kupilih untuk menjadi pendamping hidup. Anggaplah ini hadiah pertamaku untukmu, Ma. Dialah wanita salihah yang akan selalu berada di sisi anakmu dalam suka maupun duka. Ini semua berkat doa dan restumu, hingga Allah memberikan cahaya-Nya untuk menerangi jalanku.
Kau sangat layak mendapatkan menantu terbaik yang membuat hatimu tenang membiarkan anakmu hidup bersamanya, membagi cintanya untuk wanita lain selain dirimu, yaitu istrinya. Itulah tugas terberatku saat kau memintaku segera menikah tidak lama setelah ayah meninggal. Aku selalu khawatir pilihanku tidak sesuai harapanmu dan harapan almarhum ayah. Namun, dengan tawakkalku yang disertai doamu, Allah menunjukkan jalan-Nya untukku. Pilihan Allah untukku adalah pilihan terbaik yang tiada duanya. Sungguh besar karunia Allah untuk anakmu. Sayang seribu sayang, ayah tidak sempat bertemu menantunya. shah wa

Kampung Damai, 12 Desember 2017

Abdul Wahid Mursyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar