Ketika Mama menelepon, pertanyaannya selalu
sama, “Bagaimana kabar? Sudah makan? Lauknya apa? Sedang ngerjain apa? Bagaimana
kabar menantu Mama?”
Pertanyaan sederhana itu selalu ditanyakan
kepadaku dan juga adik-adikku. Pertanyaan terakhir itu khusus untukku, yaitu
tentang kehidupan baruku bersama istriku tercinta. Ibuku begitu bahagia anak pertamanya mendapatkan
pasangan yang tepat. Ia mengaku sangat bersyukur pilihanku jatuh pada wanita yang
akhlaknya baik dan bisa menjadi teladan untuk adik-adikku kelak.
Aku bahagia, Ma. Aku pun sangat bersyukur
dipertemukan Allah dengan wanita idaman yang kupilih untuk menjadi pendamping
hidup. Anggaplah ini hadiah pertamaku untukmu, Ma. Dialah wanita salihah yang
akan selalu berada di sisi anakmu dalam suka maupun duka. Ini semua berkat doa
dan restumu, hingga Allah memberikan cahaya-Nya untuk menerangi jalanku.
Kau sangat layak mendapatkan menantu terbaik
yang membuat hatimu tenang membiarkan anakmu hidup bersamanya, membagi cintanya
untuk wanita lain selain dirimu, yaitu istrinya. Itulah tugas terberatku saat
kau memintaku segera menikah tidak lama setelah ayah meninggal. Aku selalu
khawatir pilihanku tidak sesuai harapanmu dan harapan almarhum ayah. Namun,
dengan tawakkalku yang disertai doamu, Allah menunjukkan jalan-Nya untukku.
Pilihan Allah untukku adalah pilihan terbaik yang tiada duanya. Sungguh besar
karunia Allah untuk anakmu. Sayang seribu sayang, ayah tidak sempat bertemu
menantunya. shah wa
Kampung Damai, 12 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar