Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Kamis, 14 Desember 2017

Dominasi Warna Biru di Manchester

Aku senang sekali dengan kemenangan Manchester City tadi malam. Tidak sia-sia menontonnya hingga selesai dari jam 11 malam. Dengan skor 1-2, klub sepakbola asuhan Pep Guardiola tersebut berhasil memenangkan pertandingan melawan musuh bebuyutan mereka, Manchester United alias MU. Kemenangan itu lebih membanggakan lagi bagi David Silva dan kawan-kawan karena didapat di kandang MU yang terkenal itu, Old Trafford.
Sebenarnya, skornya bisa lebih besar lagi jika pasukan Guardiola mampu memaksimalkan sejumlah peluang yang mereka ciptakan. Sayangnya, para penyerang City tidak berada dalam performa terbaik mereka. Beberapa keputusan wasit juga tampak merugikan City walaupun MU juga mengklaim hal yang sama. Tapi, menurutku City lebih banyak dirugikan seperti beberapa klaim pinalti yang tidak diiyakan oleh wasit.
Seperti diduga sebelumnya, MU berniat kembali “memarkir bis” di depan gawangnya. Mereka menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang balik saat pemain City lengah. Praktis, penguasaan bola menjadi milik pemain-pemain City. Mereka menguasai bola hingga 65% hingga 70%. Mereka menyerang dengan rapi, sedangkan pemain-pemain MU membiarkan mereka berlari-larian di depan kotak pinalti sambil sedikit-sedikit mencoba merebut bola. Ada tujuh hingga sembilan pemain MU di wilayah pertahanan mereka sendiri. Karena itulah gol pertama City baru tercipta menjelang akhir babak pertama yang kemudian dibalas MU tidak lama setelah itu.
Bukan pasukan Guardiola namanya jika mereka tidak terus menyerang untuk memenangkan pertandingan. Di babak kedua City menyerang dengan penuh percaya diri. Sedangkan MU tampak ragu antara bertahan atau menyerang. Mereka ragu antara memenangkan pertandingan dengan menyerang City dan menambah gol atau bertahan di area kotak pinalti untuk mendapatkan satu angka dengan mempertahankan skor 1-1.
Di saat mereka masih berada dalam keraguan, City terus bermain apik melakukan umpan satu-dua hingga akhirnya mendapatkan sepak pojok. City berhasil memaksa De Gea memungut bola dari dalam gawangnya setelah Otamendi, bek tengah City, berhasil menyarangkan bola ke gawangnya. Uniknya, gol kedua City ini mirip dengan gol pertama mereka. Lukaku, salah seorang pemain MU, yang berusaha menyelamatkan gawang dengan menendang bola ke depan. Bola tendangannya malah mengenai rekannya yang berbaris rapat di depan kotak pinalti. Bola pun memantul ke arah gawang dan dieksekusi pemain City menjadi gol. Jika gol kedua City disarangkan oleh Otamendi, gol pertama mereka hasil tendangan David Silva.
Kemenangan City atas rival sekota mereka itu membuktikan kehebatan seorang Pep Guardiola. Sang pelatih yang sebelumnya berhasil membuat Barcelona merajai dunia tersebut memperlihatkan betapa perkasanya klub yang ditanganinya saat ini. Dengan mengalahkan MU, City baru saja membuat rekor baru di Liga Inggris, yaitu memperoleh kemenangan beruntun selama 14 kali. Klub yang ditangani Pep ini masih menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Liga Inggris sejak bergulirnya kompetisi musim 2017/2018. Selain itu, dengan kalahnya MU di tangan City, selisih poin antara pimpinan klasemen dengan peringkat kedua melebar jadi 11 poin alias empat pertandingan. Jika City konsisten dengan penampilan mereka saat ini, maka juara Liga Inggris sudah bisa ditebak.
Apa yang terjadi di Liga Inggris saat ini disebut oleh sebagian orang sebagai Pep’s effect. Nama Pep Guardiola memang melambung tinggi sejak membesut Barcelona. Ia akrab dengan gaya tiki-taka yang diusungnya saat membawa klub Spanyol tersebut berjaya di dunia. Gaya bermain sepakbola yang mengandalkan penguasaan bola dengan umpan-umpan pendek satu-dua itu membuat permainan sepakbola enak ditonton. Gaya itu bukan hanya sekadar menghibur, tapi juga menghasilkan banyak tropi bagi Barcelona dan juga Bayern Munchen, klub yang ditangani Pep sebelum membesut City.
Dengan tingginya penguasaan bola timnya Pep Guardiola, maka lawan-lawannya sering bermain defensif alias menempatkan sekian banyak pemain di depan gawang. Istilah ini kemudian dikenal dengan parkir bis. Kita lihat saja, musim ini tim-tim Liga Inggris hampir selalu main bertahan ketika berhadapan dengan City. Jika tidak, kemungkinan besar mereka akan dibobol dengan skor yang cukup besar. Klub yang cukup berani meladeni permainan menyerang City adalah Arsenal dan Liverpool. Hasilnya, mereka kalah telak. Arsenal kalah 1-3. Sedangkan Liverpool dibantai 5-0.
Kini, City tampak berpacu sendirian di arena. Mereka melaju dengan begitu mulus. Di klasemen Liga Inggris, mereka berjarak 11 poin dari peringkat kedua, yaitu MU. Ini mengingatkan kita saat Barcelona memimpin La Liga, atau saat Bayern Munchen memimpin Liga Jerman.
Begitulah. Inggris mulai merasakan efek kehadiran Pep Guardiola. Lawan-lawan bermain makin membosankan dengan bertahan dan bertahan. Jika di Spanyol Barcelona tampak berpacu dengan Real Madrid atau Aletico saja, dan di Jerman Munchen hanya tampak berpacu dengan Dortmund, maka di Inggris City terlihat berpacu sendirian memimpin klasemen. Dominasi warna biru makin kentara di Manchester. Proyek yang dicanangkan sang pemilik klub, Syeikh Mansour tampak berjalan sesuai rencana. Tahun ini, Barcelona seperti menemukan tandingan sepadan, yaitu Manchester City. shah wa

Kampung Damai, 11 Desember 2017
AWM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar