Tak ada pelatih yang membuatku tertarik
menonton pertandingan sepakbola selain seorang Pep Guardiola. Pria kelahiran
Spanyol inilah yang membawa Barcelona meraih treble winner dengan
menjuarai tiga kompetisi sekaligus, yaitu Liga Champion, La Liga, dan Copa Del
Rey. Bahkan, pada tahun 2009 itu, ia melengkapinya dengan menjuarai Piala Super
Spanyol, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Total enam piala dia
raih di musim pertamanya menukangi Barcelona. Sixtuple! Enam piala
bergengsi yang tidak mudah didapatkan sekaligus.
Tapi, Pep mampu mendapatkannya di tahun
pertamanya melatih Barcelona. Ia meraihnya dengan gaya. Saat itu, orang-orang
dibuat berdecak kagum dengan penampilan Barca (panggilan Barcelona) di berbagai
ajang. Mereka kagum dan terpesona menyaksikan Messi dan kawan-kawan
memporak-porandakan barisan pertahanan lawan. Permainan yang dipertontonkan
pasukan Guardiola sungguh indah dengan umpan satu-dua mereka. Sejak itulah
dikenal istilah tiki-taka, gaya bermain Barca yang menyerang total mengandalkan
kekompakan dan kerjasama apik dengan umpan-umpan pendek, terukur, dan cepat.
Pep benar-benar menciptakan monster sepakbola.
Selama kepelatihannya, Barcelona seakan tak terbendung. Baik di kompetisi lokal
maupun kompetisi internasional, pasukan Guardiola selalu ingin dihindari lawan.
Berbagai rekor dalam dunia sepakbola mereka pecahkan. Penyerang mereka, Lionel
Messi pun mendapatkan keuntungan lebih dengan menjadi pemain terbaik dunia
sebanyak lima kali. Tidak hanya Messi, Iniesta dan Xavi pun pernah mendampingi
Messi dalam tiga besar pemain terbaik dunia. Pep juga memaksa Real Madrid,
musuh bebuyutan Barca di Liga Spanyol, harus mengganti pelatihnya beberapa
kali.
Pada tahun 2012, Pep berhenti melatih
Barcelona. Ia memutuskan beristirahat selama setahun. Selama masa istirahatnya
banyak klub-klub besar yang mengincarnya. Dari Liga Inggris, ada Manchester
United yang berharap kepada Pep untuk menggantikan Sir Alex Ferguson yang
memutuskan pensiun. Namun, Pep lebih memilih mencari pengalaman di Jerman. Pada
tahun berikutnya, ia resmi menjadi pelatih Bayern Munchen. Walaupun tidak
berhasil menjuarai Liga Champion, ia berhasil membuat Bayern bermain menawan
layaknya Barcelona dan merajai Liga Jerman tiga kali berturut-turut sebelum
pindah ke Liga Inggris untuk melatih Manchester City mulai musim 2016/2017.
Dengan keberhasilannya itu, Pep mendapat
pengakuan dari para pegiat sepakbola sebagai salah satu pelatih terbaik dunia.
Ia menunjukkan kejeniusannya dalam meracik taktik dan meramu susunan pemain. Ia
juga dikenal mampu memaksimalkan potensi para pemainnya. Ia tidak segan
mengorbitkan pemain-pemain muda yang terus dipoles menjadi pemain andalan tim.
Messi adalah orang yang mungkin sangat berterima kasih kepada Guardiola. Bukan
Messi seorang saja pemain akademi Barca yang merasa terbantu karirnya, tapi
juga Xavi, Iniesta, Sergio, Puyol, dan masih banyak lagi. Sedangkan di Munchen,
para pemain Jerman termasuk kapten timnasnya, Philip Lahm, berkembang menjadi
pemain serba bisa.
Banyak orang yang mengaitkan Guardiola dengan
keberhasilan Spanyol dan Jerman dalam menjuarai piala dunia. Kenyataan itu
memang sulit dipungkiri. Bisa dibilang, punggawa kedua timnas tersebut
didominasi pemain asuhan Pep yang sudah fasih memainkan gaya bermain
terapannya, baik di Munchen maupun Barcelona. Permainan timnas Spanyol dan
Jerman yang menjuarai piala dunia itupun mirip dengan gaya bermain Barca atau
Munchen. Maka, tidak heran jika orang-orang mengatakan bahwa Guardiola secara
tidak langsung berperan penting mengantarkan Spanyol dan Jerman menjadi juara
dunia.
Pep memang sosok yang mengagumkan banyak orang,
sampai-sampai Manchester City harus bersabar beberapa tahun untuk mendapatkan
tanda tangan kontraknya. Mereka harus bersabar menunggu Pep menyelesaikan masa
kepelatihannya di Munchen. City mengembangkan proyek sepakbola berorientasi
masa depan yang membutuhkan pelatih handal. Bagi mereka, tidak ada pelatih yang
tepat untuk mewujudkan impian mereka selain Pep Guardiola. Untungnya, keinginan
City tidak bertepuk sebelah tangan. Mereka mampu meyakinkan Pep bahwa proyek
mereka tidak main-main. Sebagai orang yang gemar menggali potensi dan bakat
para pemain muda, Pep sangat tertarik dengan tawaran City. Apalagi, di sana
sudah ada teman lamanya waktu menangani Barcelona.
Hasilnya, City menunjukkan dominasinya tahun
ini setelah setahun lalu bersabar memahami kehendak Guardiola, walaupun mereka
melewatinya tanpa meraih trofi satupun jua. Setidaknya, tahun ini City mendapat
predikat tim unggulan menjuarai Liga Primer dan Liga Champion. Melihat sepak
terjangnya, bisa jadi tahun ini jadi milik City sepenuhnya dengan meraih treble
atau sixtuple menyamai prestasi Barcelona. Bisa jadi, timnas Inggris
akan mendapatkan keuntungan yang sama dengan timnas Spanyol dan Jerman dengan
adanya Guardiola di negara mereka, yakni menjuarai piala dunia edisi 2018
mendatang.
Ada beberapa punggawa timnas Inggris di City
yang menunjukkan peningkatan performa di bawah Guardiola. Di antaranya adalah
John Stones, Raheem Sterling, dan Kyle Walker. Ketiganya mendapat jatah untuk
pergi ke Rusia nanti dalam rangka membela timnas Inggris di piala dunia. John
semakin tangguh di barisan pertahanan tim Guardiola bersama Kyle Walker. Mereka
sungguh tak tergantikan musim ini. Raheem Sterling tidak kalah hebat. Ia
menjadi andalan City di barisan depan dan menjadi salah satu dari tiga pencetak
gol terbanyak City.
Khusus untuk Stones dan Sterling, orang-orang
penasaran dengan Guardiola. Mereka bertanya-tanya bagaimana pelatih berkepala
plontos itu membuat kedua pemain timnas Inggris tersebut meningkat pesat tahun
ini. Padahal, musim lalu Stones sering mendapat kritikan. Ia tampak rapuh
sebagai benteng pertahanan City. Hal yang lebih parah dialami Sterling. Ia
dikecam media Inggris habis-habisan terkait penampilan buruknya di timnas
sebelum ia mendapat kepercayaan diri dari Guardiola. Setahun berlalu, mereka
berdua berkilau tampil memukau bersama City. Kini, pujian untuk Stones dan
Sterling datang dari mana-mana.
Dengan rendah hati, Guardiola mengatakan bahwa
ia tidak berbuat apa-apa untuk keduanya. Ia tahu bahwa Sterling dan Stones
adalah dua pemain bagus yang dimiliki timnas Inggris. Hanya saja, kepercayaan
diri keduanya perlu ditingkatkan. Ia memberikan itu kepada Stones dan Sterling.
Dengan usia mereka yang masih muda, Stones dan Sterling adalah aset berharga
City dan timnas Inggris di masa mendatang. That’s Pep Guardiola’s effect! shah
wa
Kampung Damai, 11 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar