Sebagai alumni Gontor, kami bangga senior kami menjabat Menteri
Agama RI, sangat bangga. Tapi, kebanggaan kami mulai luntur saat mendapati
banyak hal yang tidak sesuai dengan keislaman dan kegontorannya. Rasanya, hati
ini ingin menampik tudingan banyak orang tentang buruknya sepak terjang beliau
di kementerian. Kami tidak rela salah seorang alumni kami dikatakan pro-gerakan
liberal, pro-LGBT, dan lain sebagainya, yang merusak citranya sebagai Menteri
Agama, juga mencoreng nama Gontor.
Awalnya kami semua memang bangga dengan karir beliau yang menanjak
begitu pesat. Tapi, lama kelamaan berita tak sedap berembus begitu kencang
hingga sampai ke telinga kiai kami sendiri. Bahkan, kami sempat mendengar
beliau mendapat teguran langsung dari Kiai Hasan. Namun, aku sendiri tidak akan
mencap beliau buruk tanpa meminta klarifikasi langsung dari yang bersangkutan.
Hingga detik ini, aku sendiri masih belum memercayai segala berita buruk
tentang Menteri Agama RI kabinet Jokowi ini.
Namun, jika berita itu benar adanya, aku yakin tidak akan sampai
merugikan Gontor. Pondok yang sudah berusia hampir satu abad ini sudah kenyang
dengan caci maki, segala celaan, hinaan, dan tekanan. Satu alumnusnya yang
keluar jalur tidak akan sampai menyeret pondok jatuh ke jurang. Pak Lukman
memang alumnus Gontor, tapi Gontor bukanlah Pak Lukman.
Semoga saja berita itu hanya rekayasa untuk menjatuhkan alumni kami
atau untuk menyerang Gontor yang kiprahnya mulai membuat gerah banyak pihak
berkepentingan di negeri ini. Selain Pak Lukman, tokoh-tokoh dari Gontor mulai
terlihat berpengaruh di berbagai lini perjuangan. Walaupun Gontor menyatakan
diri tidak berpolitik praktis, tapi alumni-alumninya bebas memilih lahan
perjuangan. Bidang politik atau pemerintahan bukanlah hal baru bagi alumni
Gontor yang etos kerjanya tak perlu diragukan lagi.
Sebelum Pak Lukman diangkat menjadi menteri, kader-kader Gontor
sudah mampu bersaing menjadi wakil rakyat. Bahkan, ada yang menjadi penasihat
presiden. Karakter anak-anak Gontor itu terbentuk dengan kuat. Mereka tercipta
untuk menjadi generasi pejuang, bukan generasi pengecut, bukan pula generasi
penakut, dan juga bukan generasi oportunis sekaligus perusak.
Pak Lukman pasti tahu di dahinya tertulis Gontor. Tentunya beliau
sudah mendapatkan banyak pelajaran dari Trimurti dan kiai-kiai Gontor. Aku
pernah melihat orangnya langsung dalam beberapa kesempatan. Beliau tampak
rendah hati dan sangat ramah. Kesantriannya juga masih tampak jelas dari segala
tingkah laku dan gerak-geriknya. Kami masih berharap berita-berita buruk
tentangnya hanyalah olah kata media yang tak bertanggung jawab saja. shah
wa
Kampung Damai, 3 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar