Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Senin, 04 Desember 2017

Oh, Pak Lukman

Sebagai alumni Gontor, kami bangga senior kami menjabat Menteri Agama RI, sangat bangga. Tapi, kebanggaan kami mulai luntur saat mendapati banyak hal yang tidak sesuai dengan keislaman dan kegontorannya. Rasanya, hati ini ingin menampik tudingan banyak orang tentang buruknya sepak terjang beliau di kementerian. Kami tidak rela salah seorang alumni kami dikatakan pro-gerakan liberal, pro-LGBT, dan lain sebagainya, yang merusak citranya sebagai Menteri Agama, juga mencoreng nama Gontor.
Awalnya kami semua memang bangga dengan karir beliau yang menanjak begitu pesat. Tapi, lama kelamaan berita tak sedap berembus begitu kencang hingga sampai ke telinga kiai kami sendiri. Bahkan, kami sempat mendengar beliau mendapat teguran langsung dari Kiai Hasan. Namun, aku sendiri tidak akan mencap beliau buruk tanpa meminta klarifikasi langsung dari yang bersangkutan. Hingga detik ini, aku sendiri masih belum memercayai segala berita buruk tentang Menteri Agama RI kabinet Jokowi ini.
Namun, jika berita itu benar adanya, aku yakin tidak akan sampai merugikan Gontor. Pondok yang sudah berusia hampir satu abad ini sudah kenyang dengan caci maki, segala celaan, hinaan, dan tekanan. Satu alumnusnya yang keluar jalur tidak akan sampai menyeret pondok jatuh ke jurang. Pak Lukman memang alumnus Gontor, tapi Gontor bukanlah Pak Lukman.
Semoga saja berita itu hanya rekayasa untuk menjatuhkan alumni kami atau untuk menyerang Gontor yang kiprahnya mulai membuat gerah banyak pihak berkepentingan di negeri ini. Selain Pak Lukman, tokoh-tokoh dari Gontor mulai terlihat berpengaruh di berbagai lini perjuangan. Walaupun Gontor menyatakan diri tidak berpolitik praktis, tapi alumni-alumninya bebas memilih lahan perjuangan. Bidang politik atau pemerintahan bukanlah hal baru bagi alumni Gontor yang etos kerjanya tak perlu diragukan lagi.
Sebelum Pak Lukman diangkat menjadi menteri, kader-kader Gontor sudah mampu bersaing menjadi wakil rakyat. Bahkan, ada yang menjadi penasihat presiden. Karakter anak-anak Gontor itu terbentuk dengan kuat. Mereka tercipta untuk menjadi generasi pejuang, bukan generasi pengecut, bukan pula generasi penakut, dan juga bukan generasi oportunis sekaligus perusak.
Pak Lukman pasti tahu di dahinya tertulis Gontor. Tentunya beliau sudah mendapatkan banyak pelajaran dari Trimurti dan kiai-kiai Gontor. Aku pernah melihat orangnya langsung dalam beberapa kesempatan. Beliau tampak rendah hati dan sangat ramah. Kesantriannya juga masih tampak jelas dari segala tingkah laku dan gerak-geriknya. Kami masih berharap berita-berita buruk tentangnya hanyalah olah kata media yang tak bertanggung jawab saja. shah wa

Kampung Damai, 3 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar