Sejak tahun 2014, perguruan tinggi milik Gontor yang dikenal dengan
ISID atau Institut Studi Islam Darussalam resmi bertransformasi menjadi
Universitas Darussalam Gontor, disingkat menjadi UNIDA Gontor. Mulai saat
itulah, Dr. Hamid Fahmy, wakil rektor I, mencanangkan misi utama universitas,
yaitu Islamisasi ilmu pengetahuan.
Maka, dibentuklah sebuah tim yang dikepalai oleh beliau sendiri
dibantu Dr. Kholid Muslih dan Dr. Nur Hadi Ihsan.Mereka mencoba merumuskan
kurikulum dan segala teknis pelaksanaan program.
Mau tidak mau, tim ini harus dibangun bersama anggota yang solid
plus ikhlas. Pada tahun 2015, beberapa tenaga muda dipanggil untuk
berpartisipasi merealisasikan proyek besar jangka panjang ini. Mereka adalah
Nofriyanto, Fuad Muhammad Zein, Abdul Wahid, Imron Mustofa, Muhammad Shohibul
Mujtaba, Muhammad Faqih Nidzom, Imroah Istiqomah, dan Anindya Aryu.
Saat itu, satu orang menyatakan tidak siap dengan alasan sudah
diterima mengajar di salah universitas di Surabaya, yaitu Imron Mustofa.
Sementara tujuh orang lainnya siap berjuang bersama tim. Ketujuh orang inilah
generasi pertama Tim Islamisasi UNIDA Gontor yang membantu Dr. Hamid Fahmy, Dr.
Kholid Muslih, dan Dr. Nur Hadi Ihsan.
Untuk tahap awal, Tim Islamisasi mencoba “menyusup” ke
fakultas-fakultas umum dengan memasukkan sejumlah materi khusus. Ada empat
fakultas umum yang ada seiring berdirinya UNIDA Gontor, yaitu Fakultas Ilmu
Kesehatan, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi Manajemen, dan
Fakultas Humaniora. Harapannya, lulusan keempat fakultas ini benar-benar
bernapas Islam, tidak seperti fakultas-fakultas umum di luar yang jauh dari
nilai-nilai keislaman alias sekuler.
Materi-materi yang disiapkan khusus untuk keempat fakultas tersebut
mencakup Worldview Islam Aqidah, Worldview Islam Syariah, Studi
al-Qur’an, Studi Hadits, Sejarah Peradaban Islam
Saintek-Humaniora, Sejarah Peradaban Saintek Islam, Sejarah Kedokteran Islam, Ilmu
Komunikasi Islam, Sejarah Politik Islam, Sejarah Pemikiran Manajemen Islam, Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam, ICT in Islam, Halal-Agro Industry, Islamisasi Ilmu,
Epistemologi Islam, Fiqih Farmasi, Fiqih Gizi, dan al-Qur’an-Hadits
Agroteknologi. Lumayan banyak, ‘kan? Semua materi diampu Dr. Kholid
bersama ketujuh pasukannya tadi.
Setelah berjalan setahun, kendala yang dihadapi tim mulai terlihat
satu per satu. Mulai dari anggota tim yang tidak bisa aktif seratus persen.
Fuad diterima mengajar di IAIN Surakarta, sedangkan Anindya Aryu tidak bisa
terlibat langsung dengan alasan kesibukan keluarga. Kehilangan dua orang
anggota menyebabkan ketimpangan. Keduanya masih terlibat, tapi tidak aktif
seperti lima orang anggota lainnya. Akhirnya, tim merekrut satu anggota baru,
yaitu Muhammad Taqiyuddin. Kekhawatiran berkurangnya anggota seperti ini akan
terus membayangi tim. Suatu saat, permasalahan Fuad dan Anindya tersebut bisa
saja terjadi pada anggota tim yang lain. shah wa
Kampung Damai, 26 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar