Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Rabu, 27 Desember 2017

Tantangan Tim Islamisasi

Sejak tahun 2014, perguruan tinggi milik Gontor yang dikenal dengan ISID atau Institut Studi Islam Darussalam resmi bertransformasi menjadi Universitas Darussalam Gontor, disingkat menjadi UNIDA Gontor. Mulai saat itulah, Dr. Hamid Fahmy, wakil rektor I, mencanangkan misi utama universitas, yaitu Islamisasi ilmu pengetahuan.
Maka, dibentuklah sebuah tim yang dikepalai oleh beliau sendiri dibantu Dr. Kholid Muslih dan Dr. Nur Hadi Ihsan.Mereka mencoba merumuskan kurikulum dan segala teknis pelaksanaan program.
Mau tidak mau, tim ini harus dibangun bersama anggota yang solid plus ikhlas. Pada tahun 2015, beberapa tenaga muda dipanggil untuk berpartisipasi merealisasikan proyek besar jangka panjang ini. Mereka adalah Nofriyanto, Fuad Muhammad Zein, Abdul Wahid, Imron Mustofa, Muhammad Shohibul Mujtaba, Muhammad Faqih Nidzom, Imroah Istiqomah, dan Anindya Aryu.
Saat itu, satu orang menyatakan tidak siap dengan alasan sudah diterima mengajar di salah universitas di Surabaya, yaitu Imron Mustofa. Sementara tujuh orang lainnya siap berjuang bersama tim. Ketujuh orang inilah generasi pertama Tim Islamisasi UNIDA Gontor yang membantu Dr. Hamid Fahmy, Dr. Kholid Muslih, dan Dr. Nur Hadi Ihsan.
Untuk tahap awal, Tim Islamisasi mencoba “menyusup” ke fakultas-fakultas umum dengan memasukkan sejumlah materi khusus. Ada empat fakultas umum yang ada seiring berdirinya UNIDA Gontor, yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi Manajemen, dan Fakultas Humaniora. Harapannya, lulusan keempat fakultas ini benar-benar bernapas Islam, tidak seperti fakultas-fakultas umum di luar yang jauh dari nilai-nilai keislaman alias sekuler.
Materi-materi yang disiapkan khusus untuk keempat fakultas tersebut mencakup Worldview Islam Aqidah, Worldview Islam Syariah, Studi al-Qur’an, Studi Hadits, Sejarah Peradaban Islam Saintek-Humaniora, Sejarah Peradaban Saintek Islam, Sejarah Kedokteran Islam, Ilmu Komunikasi Islam, Sejarah Politik Islam, Sejarah Pemikiran Manajemen Islam, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, ICT in Islam, Halal-Agro Industry, Islamisasi Ilmu, Epistemologi Islam, Fiqih Farmasi, Fiqih Gizi, dan al-Qur’an-Hadits Agroteknologi. Lumayan banyak, ‘kan? Semua materi diampu Dr. Kholid bersama ketujuh pasukannya tadi.
Setelah berjalan setahun, kendala yang dihadapi tim mulai terlihat satu per satu. Mulai dari anggota tim yang tidak bisa aktif seratus persen. Fuad diterima mengajar di IAIN Surakarta, sedangkan Anindya Aryu tidak bisa terlibat langsung dengan alasan kesibukan keluarga. Kehilangan dua orang anggota menyebabkan ketimpangan. Keduanya masih terlibat, tapi tidak aktif seperti lima orang anggota lainnya. Akhirnya, tim merekrut satu anggota baru, yaitu Muhammad Taqiyuddin. Kekhawatiran berkurangnya anggota seperti ini akan terus membayangi tim. Suatu saat, permasalahan Fuad dan Anindya tersebut bisa saja terjadi pada anggota tim yang lain. shah wa

Kampung Damai, 26 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar