Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Kamis, 14 Desember 2017

Metro TV, Belajarlah Imla!

Beberapa hari terakhir ini, masyarakat Muslim Indonesia dihebohkan oleh video acara ceramah di Metro TV. Bukan materi ceramahnya yang jadi masalah, tapi penulisan ayat al-Qur’an yang dibawakan si penceramah di layar terkesan meremehkan kitab suci Allah. Selain tulisan Arab-nya jelek sekali, kata-katanya juga salah.
Inna al-shalaata tanhaa ‘an al-fahsyaa’i wa al-munkar, begitu ayat yang seharusnya ditulis. Eh, kata al-shalaata tidak pakai alif, sehingga bisa dibaca al-shilata. Selain itu, kata al-fahsyaa’i juga tidak lengkap. Huruf alif dan hamzahnya ketinggalan, tidak ditulis. Jadi, bisa dibaca al-fahsyi. Oh, iya, satu kata lagi yang kesalahannya benar-benar parah, yaitu penulisan kata tanhaa. Huruf ha tertukar dengan huruf ha’. Benar-benar parah.
Sungguh amat memalukan jika seorang dai tak mengerti ilmu nahwu dan sharf yang menjadi dasar pelajaran imla. Kesalahan penulisan ayat tersebut telah banyak mengubah artinya. Salah harakat saja bisa berakibat fatal pada makna yang dikandung suatu kata dalam bahasa Arab, apalagi salah huruf. Terlalu.
Pertanyaannya, kok bisa stasiun tv nasional sekelas Metro TV membuat kesalahan fatal seperti itu. Padahal, umat Islam sangat berhati-hati dalam penulisan ayat-ayat suci al-Qur’an. Jika terdapat kesalahan sedikit saja dalam penulisan mushaf al-Qur’an oleh suatu penerbit atau percetakan, maka mushaf al-Qur’an itu harus ditarik dari peredaran dan dimusnahkan.
Apa yang dilakukan Metro TV dengan tayangannya itu seperti mengolok-olok umat Islam dengan sengaja. Mereka tidak mengerti kesakralan al-Qur’an walaupun sudah diberi pemahaman. Mestinya mereka sudah belajar dari kejadian Surat al-Maidah ayat 51. Ternyata, bebalnya minta ampun, tidak kapok-kapok. Rupanya, mereka sedang menanti azab Allah.
Mereka pikir ayat al-Qur’an itu seperti kalimat-kalimat biasa di buku-buku pelajaran atau novel-novel. Sehingga, mereka bisa seenaknya menulis tanpa memerhatikan harakat dan panjang-pendeknya. Ketahuilah, al-Qur’an itu kalam Allah. Kalimat-kalimatnya tidak ditulis manusia, bukan pula karangan Nabi Muhammad Saw. Maka, menghina al-Qur’an sama dengan menghina Allah. Tentu saja Allah akan membalas hinaan mereka saat waktunya tiba. shah wa

Kampung Damai, 6 Desember 2017
Abdul Wahid Mursyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar