Terompet telah siap. Kembang api juga telah disediakan. Lampu-lampu
pun menyala dengan terangnya. Malam itu tampak seperti siang. Orang-orang
berkumpul di berbagai tempat hiburan dan keramaian. Mereka menantikan jam
gereja berdentang 12 kali di tengah malam. Saat itu tiba, mereka berteriak
dengan kencangnya sambil meniup terompet dan melemparkan kembang api ke udara.
Terang bintang pun kalah oleh percikan api yang berpencar ke berbagai penjuru angkasa.
Begitulah suasana malam tahun baru Masehi, sangat berbeda dengan
suasana malam tahun baru Hijriah. Tentu saja berbeda karena latar belakang
keduanya pun berbeda. Jika tahun baru Hijriah dilatarbelakangi peristiwa
hijrahnya umat Islam dari Mekkah ke Madinah, yang menandai awal mula kejayaan
Islam, maka tahun baru Masehi dilatarbelakangi hari lahirnya Isa al-Masih yang
diyakini orang-orang Kristen sebagai anak Tuhan. Jadi, perayaan tahun baru
Masehi tidak terlepas dari kepercayaan orang-orang Kristen terhadap kesucian
hari itu.
Ironisnya, tidak sedikit umat Islam yang tidak memahami latar
belakang perayaan malam tahun baru Masehi tersebut, hingga banyak yang
ikut-ikutan merayakannya. Padahal, perayaan malam tahun baru Masehi sepaket
dengan perayaan hari Natal. Karena itulah kita sering mendengar istilah “merry
christmas and happy new year”. Ucapan selamat hari Natal tersebut
senantiasa bergandengan dengan ucapan selamat tahun baru. Jadi, hari sucinya
umat Kristiani itu bukan hanya Natal saja, tahun baru Masehi juga merupakan
hari suci mereka.
Tidak mengherankan jika perayaan malam tahun baru Masehi tersebut
penuh dengan aktivitas yang menjauhkan kita dari ajaran Islam. Itulah misi
utama mereka, yaitu menarik umat Islam ke dalam jurang yang dalam tanpa
dicurigai. Artinya, tanpa sadar, umat Islam terperosok ke dalam jebakan mereka.
Perhatikan saja apa sebenarnya yang tersaji di malam tahun baru Masehi itu,
bukan sekadar perayaan, tapi pendangkalan akidah dan beragam ajakan berbuat
kemaksiatan.
Sungguh berbeda dengan perayaan tahun baru Hijriah kita. Hijriah
berasal dari kata hijrah atau berpindah. Dengan latar belakang hijrahnya
Nabi Muhammad Saw bersama kaum muhajirin, tahun baru Hijriah dimaknai sebagai
perubahan arah kehidupan kita, yaitu dari keburukan menuju kebaikan, dari
negatif menjadi positif, dari kekurangan menuju kesempurnaan, dari kemaksiatan
menuju ketaatan. Begitulah sedikit makna hijrah yang bisa kita pahami.
Jadi, perayaan tahun baru Hijriah lebih mengarah pada introspeksi
diri dan aktivitas-aktivitas yang mendekatkan diri kita kepada Allah. Sedangkan
perayaan tahun baru Masehi adalah kebalikannya. Maka, berhati-hatilah jika
terlibat di dalamnya. shah wa
Kampung Damai, 2 Januari 2018
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar