Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Selasa, 02 Januari 2018

Jebakan Malam Tahun Baru Masehi

Terompet telah siap. Kembang api juga telah disediakan. Lampu-lampu pun menyala dengan terangnya. Malam itu tampak seperti siang. Orang-orang berkumpul di berbagai tempat hiburan dan keramaian. Mereka menantikan jam gereja berdentang 12 kali di tengah malam. Saat itu tiba, mereka berteriak dengan kencangnya sambil meniup terompet dan melemparkan kembang api ke udara. Terang bintang pun kalah oleh percikan api yang berpencar ke berbagai penjuru angkasa.
Begitulah suasana malam tahun baru Masehi, sangat berbeda dengan suasana malam tahun baru Hijriah. Tentu saja berbeda karena latar belakang keduanya pun berbeda. Jika tahun baru Hijriah dilatarbelakangi peristiwa hijrahnya umat Islam dari Mekkah ke Madinah, yang menandai awal mula kejayaan Islam, maka tahun baru Masehi dilatarbelakangi hari lahirnya Isa al-Masih yang diyakini orang-orang Kristen sebagai anak Tuhan. Jadi, perayaan tahun baru Masehi tidak terlepas dari kepercayaan orang-orang Kristen terhadap kesucian hari itu.
Ironisnya, tidak sedikit umat Islam yang tidak memahami latar belakang perayaan malam tahun baru Masehi tersebut, hingga banyak yang ikut-ikutan merayakannya. Padahal, perayaan malam tahun baru Masehi sepaket dengan perayaan hari Natal. Karena itulah kita sering mendengar istilah “merry christmas and happy new year”. Ucapan selamat hari Natal tersebut senantiasa bergandengan dengan ucapan selamat tahun baru. Jadi, hari sucinya umat Kristiani itu bukan hanya Natal saja, tahun baru Masehi juga merupakan hari suci mereka.
Tidak mengherankan jika perayaan malam tahun baru Masehi tersebut penuh dengan aktivitas yang menjauhkan kita dari ajaran Islam. Itulah misi utama mereka, yaitu menarik umat Islam ke dalam jurang yang dalam tanpa dicurigai. Artinya, tanpa sadar, umat Islam terperosok ke dalam jebakan mereka. Perhatikan saja apa sebenarnya yang tersaji di malam tahun baru Masehi itu, bukan sekadar perayaan, tapi pendangkalan akidah dan beragam ajakan berbuat kemaksiatan.
Sungguh berbeda dengan perayaan tahun baru Hijriah kita. Hijriah berasal dari kata hijrah atau berpindah. Dengan latar belakang hijrahnya Nabi Muhammad Saw bersama kaum muhajirin, tahun baru Hijriah dimaknai sebagai perubahan arah kehidupan kita, yaitu dari keburukan menuju kebaikan, dari negatif menjadi positif, dari kekurangan menuju kesempurnaan, dari kemaksiatan menuju ketaatan. Begitulah sedikit makna hijrah yang bisa kita pahami.
Jadi, perayaan tahun baru Hijriah lebih mengarah pada introspeksi diri dan aktivitas-aktivitas yang mendekatkan diri kita kepada Allah. Sedangkan perayaan tahun baru Masehi adalah kebalikannya. Maka, berhati-hatilah jika terlibat di dalamnya. shah wa

Kampung Damai, 2 Januari 2018
Abdul Wahid Mursyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar