Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Sabtu, 06 Mei 2017

Akibat Pidatonya, Warga Aceh Tolak Kehadiran Cornelis di Kota Mereka

Ada pepatah berbunyi “mulutmu harimaumu”. Ada juga pepatah yang mengatakan “lebih baik tergelincir kaki daripada tergelincir lisan”. Maka, berhati-hatilah saat berbicara karena kata-kata kita, ucapan kita, dapat menjadi bumerang yang suatu saat bisa berbalik melukai kita. Mungkin, inilah perumpamaan tepat untuk mengibaratkan kejadian yang menimpa Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Cornelis. Ia diberitakan goaceh.co (6/5/2017) terusir dari tanah Serambi Mekkah itu sebagai akibat dari pidatonya beberapa waktu lalu.
Beberapa waktu lalu, Kamis (27/4), Cornelis menyampaikan pidato kontroversial dan bernada hinaan hingga menjurus ke arah provokasi di acara pembukaan pesta adat Suku Dayak Kanayatn di Kabupaten Landak, Naiki Dango, Kalbar, sebagai perayaan usai panen. Pada kesempatan itu, Cornelis terekam berpidato mengajak masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Suku Dayak untuk menghadang kedatangan tokoh Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq dan Tengku Zulkarnaen atau tokoh FPI lainnya yang akan berkunjung ke Kalbar.
Video rekaman pidato Cornelis tersebut tersebar secara ramai di media sosial. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menyayangkan tindakan Gubernur Kalbar itu. Di video, terekam jelas kata-kata provokatif Cornelis. Sebagaimana dilansir sinarharapan.net (28/4/2017), Ia menyebut dirinya akan berada di barisan terdepan memimpin warga Dayak untuk menghalangi kedatangan kedua tokoh tersebut jika berani menginjakkan kaki di Pontianak. Alasannya, mereka dinilai telah menebarkan rasa benci di kalangan masyarakat terhadap umat non-Islam.
Ternyata, apa yang disampaikan Cornelis di pidatonya benar-benar dilaksanakan. Menurut laporan hidayatullah.com (6/5/2017), Ketua Umum FPI, Shabri Lubis, beserta rombongan yang sudah tiba di Bandara Supadio Pontianak, Jum‘at (5/5) kemarin, dihadang sejumlah aparat keamanan. Shabri diketahui ingin melantik Ketua DPC FPI Kubu Raya di Pontianak, Kalbar, sekaligus mengisi peringatan Isra Mi’raj di Masjid Agung Al Falah, Kabupaten Mempawah, Kalbar, pada hari Sabtu (6/5). Dengan alasan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, mereka diminta kembali lagi ke Jakarta setelah setengah jam berada di Bandara.
Konsekuensinya, tuntutan terhadap Cornelis terkait pidatonya yang menyinggung umat Islam tersebut mulai bermunculan. Masalah semakin runyam dengan ditambah peristiwa yang menimpa Shabri Lubis dan rombongan di Bandara Supadio kemarin. Warga Aceh sudah mengambil tindakan. Mereka beramai-ramai menolak kedatangan Cornelis yang berencana hadir di acara Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) di Banda Aceh.
Rupanya, Cornelis sudah sampai di Aceh dan menyewa kamar di Hotel Hermes pada hari Sabtu, tanggal 6 Mei 2017. Masyarakat Aceh yang mengetahui kedatangan Cornelis di hotel tersebut langsung meminta pihak hotel untuk mengusirnya. Sebelumnya, mereka diberitakan swamedium.com (6/5/2017), menggelar aksi di bundaran Simpang 5 Kota Banda Aceh. Akhirnya, pihak hotel menyampaikan kepada para peserta aksi bahwa Cornelis sudah meninggalkan hotel.
Peristiwa tersebut ditambah pidato Cornelis tidak menyadari bahwa pidatonya itu akan sangat menyinggung rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Ia seakan tidak belajar pada kejadian yang telah menimpa Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Padahal, sidang penistaan agama yang melibatkan Ahok belum juga usai. Kini, kasus yang sedikit mirip kembali terjadi, yang juga dilakukan seorang gubernur atau pejabat pemerintah. Mungkin, tindakan yang tepat untuk Cornelis adalah segera minta maaf dan memberi pemahaman yang baik kepada warganya tentang FPI agar tidak lagi terjadi kesalahpahaman dan masalah ini tidak berlarut-larut, hingga berpotensi memecah belah umat. shah wa


     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar