Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Selasa, 28 November 2017

Bahtera Rumah Tangga

Ada bahtera, ada rumah, dan ada tangga. Jadilah bahtera rumah tangga. Ya, membangun keluarga itu sama dengan menjalankan bahtera rumah tangga. Kalian tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahtera rumah tangga itu jika belum berkeluarga.  Tentu saja kalian ingin berkeluarga, bukan? Itu harus. Karena, keluarga adalah masyarakat kecil yang menjadi cikal bakal sebuah negara. Darinya terlahir umat yang besar. Pondasi sebuah negara terletak di keluarga, sebagaimana pondasi suatu umat bergantung pada bagaimana terbentuknya sebuah keluarga.
Satu lagi, berkeluarga adalah sunah Rasulullah Saw, perintah agama kita. Rasulullah menyatakan akan berbangga dengan banyaknya umatnya di hari kiamat. Karena itu, menikah dikatakan sebagai ibadah yang bisa menyempurnakan separuh agama kita. Menikahkah jika kau sudah mampu, jangan menunda-nunda. Allah telah berjanji di dalam kitab-Nya bahwa Ia akan bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan orang-orang yang telah menikah. Tidak percaya? Buktikanlah!
Bahtera rumah tangga adalah tiga kata yang menarik sebagai gambaran kehidupan keluarga, tentang kisah dan kasih, suka dan duka, antara seorang suami dan istri, beserta limpahan kasih sayang di antara mereka dan anak-anak. Dari tiga kata itu saja, jika benar-benar kita cermati, mungkin bagi orang yang belum berkeluarga bisa merasakan bagaimana rasanya kehidupan keluarga.
Bahtera. Anda tahu apa itu bahtera? Bahtera itu perahu atau kapal besar. Mungkin bahtera terbesar yang pertama kali dibuat ada di zaman Nabi Nuh As. Aku tidak tahu, apakah istilah bahtera rumah tangga itu terinspirasi dari kisah Nabi Nuh As atau bukan. Memang, menurut cerita, bahtera yang dibuat Nabi Nuh As itu mengangkut berbagai pasangan hewan. Kelak, setelah banjir besar, hewan yang berpasang-pasangan itulah yang akan berkeluarga dan hidup lestari sampai sekarang.
Terlepas dari itu, bahtera memang sangat tepat digunakan untuk menyinggung kehidupan keluarga. Bahtera atau kapal itu memiliki seorang nakhoda. Ialah orang yang mengendalikan kapal selama berlayar di samudera. Dia pemimpin di atasnya. Dialah orang yang bertanggung jawab terhadap keselamatan semua orang di dalam kapal. Karena itu, arahan dan bimbingan, bahkan titahnya sangat penting.
Menjadi pemimpin di atas kapal itu memang tidak mudah. Ia akan sangat beruntung jika memiliki awak kapal yang begitu patuh dan taat terhadap segala arahannya. Memiliki awak kapal yang mengikuti segala arahan, benar-benar membuat seorang nakhoda merasa tenang mengemudikan kapalnya. Begitulah seorang suami. Ia adalah nakhoda di atas bahtera rumah tangganya. Ialah yang mengemudi bahteranya ke pulau impian dengan selamat.
Ia harus mengarungi lautan. Saat sudah berlayar, apalagi jika sudah di tengah lautan, maka tak ada apapun yang terlihat selain hamparan air nan amat luas. Ketika itulah kita akan merasakan ombak dan gelombang sedikit demi sedikit. Terkadang badai pun mungkin akan menyapa. Itu hal wajar. Tidak mungkin ada samudera yang tidak bergelombang. Tidak mungkin ada lautan yang tidak berombak. Karena itulah kapal kita kemungkinan bisa bergoyang, dan sedikit oleng. Jangan takut, jika kita mampu menjaga keseimbangannya, kapal tidak akan terbalik.
Saat diterpa ombak atau gelombang, hingga badai itu, pasrahkan diri pada Tuhan. Ingatlah bahwa ombak, gelombang, dan badai itu dikirim oleh Tuhan untuk menguji kita. Karena itu, ingatlah selalu tujuan kita berlayar, dari mana kita berangkat, dan siapa yang telah kita pilih untuk menemani pelayaran kita. Hadapilah bersama-sama. Ketika doa kalian disatukan, saat itulah Allah memberikan perlindungan. Teruslah berpegangan erat dan jaga keseimbangan, maka badai pun tak akan mampu menghantam kalian.
Nikmatilah pelayaran. Rasakan goyangan ombak seperti bermain ayunan di waktu kita masih bersekolah di taman kanak-kanak dulu. Jika tak ada goyangan, maka tak ada kenikmatan hidup.
Rumah. Kata yang paling dekat dengan ungkapan keluarga adalah rumah, yaitu tempat berteduh. Mendengar kata rumah, kita pasti langsung membayangkan sebuah kenyamanan. Betul sekali. Rumah memang tempat yang nyaman untuk ditinggali. Kata orang, senyaman-nyamannya hotel, tetaplah lebih nyaman rumah kita sendiri. Rumah adalah surga. Memiliki rumah sama dengan memiliki surga. Baiti jannati, kata Rasulullah Saw.
Sebagai gambaran dari keluarga, rumah itu menggambarkan bagaimana suami-istri hidup bersama di bawah satu atap. Satu sama lain saling mengenal kepribadian masing-masing, saling memahami, saling memaklumi perbedaan masing-masing, saling menutupi kekurangan, dan saling melengkapi. Jika ada waktu luang, mereka pun saling berkisah dan bercerita tentang segala hal yang indah. Suami menjadi pemimpin yang dipatuhi dan istri menjadi penyejuk mata dan hati. Oh, baiti jannati. Memang benar apa dikatakan Rasulullah Saw itu.
Satu kata lagi, yaitu tangga. Maka, lengkaplah bahtera rumah tangga itu. Kita semua tahu bahwa tangga itu digunakan untuk naik dan turun. Sebenarnya, ia dibuat untuk naik, bukan? Bukan untuk turun. Keluarga yang dibangun dengan baik pasti akan meningkat naik, dari segi apapun juga, karena dibangun dengan saling bahu membahu. Istri selalu mendukung suami dalam segala hal. Karena itulah, di balik kesuksesan seseorang, pasti ada istri yang hebat di belakangnya. shah wa

Kampung Damai, 28 November 2017
Abdul Wahid Mursyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar