Beberapa waktu lalu, aku berkunjung ke sekolah yang telah membesarkan
namaku selama tiga tahun, antara rentang tahun 2000–2003. Alhamdulillah, aku
masih bisa bertemu sejumlah guru yang mengajar di periode itu. Tidak banyak,
hanya tersisa enam orang. Guru-guru kami yang lain sudah pindah mengajar ke
tempat lain, sebagian ditunjuk menjadi kepala sekolah.
Aku bertemu Bu Hana. Beliau seorang guru yang sungguh terkenal
bijak dan sangat keibuan. Kami sangat menghormatinya. Ia seringkali menjadi
tempat berkeluh-kesah siswa, terutama kaum perempuan. Orangnya sangat aktif
menggerakkan kegiatan ekstrakurikuler sekolah dari gerakan kepramukaan, palang
merah, hingga kesenian. Aku melihat beliau sebagai guru yang multitalenta.
Beliau mengajar kami pelajaran kesenian dan keterampilan di kelas.
Aku masih ingat bagaimana kami diajar cara menyetrika yang baik, bagaimana
menjemur pakaian yang tepat, termasuk cara mencuci baju. Cara menjahit baju
dengan manual juga diajari, juga cara menambal baju yang sobek.
Pelajaran-pelajaran itu masih kuingat dan sangat bermanfaat.
Aku juga bertemu Pak Safwan. Beliaulah guru bahasa Arab-ku yang
handal. Ialah orang yang paling berjasa membuatku cepat menguasai bahasa
al-Qur’an tersebut. Dengan segala kesabarannya mengajar di kelas, Pak Safwan
mengarahkanku menguasai dasar-dasar bahasa Arab dalam waktu singkat. Ia begitu
sabar menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang kuajukan. Tidak ada satupun yang
tidak dijawab oleh beliau. Akhirnya, aku seperti melaju sendirian di pelajaran
ini. Jasa beliau takkan kulupakan.
Selain Bu Hana dan Pak Safwan, aku juga bertemu wali kelasku waktu
duduk di kelas 2B, Bu Miserah. Wali kelasku yang lain sudah tidak di sana lagi.
Bu Asnayyinah, wali kelas 1A, sudah pindah ke sekolah lain. Sedangkan Bu Elina
sudah pergi meninggalkan dunia fana ini menuju rahmat Allah. Beliau adalah wali
kelas kami di kelas 3B. Orangnya murah senyum dan sangat ramah.
Ada satu lagi yang masih ada di sana dan kemarin sempat bertemu,
yaitu Bu Fatimah, guru bahasa Inggris kami di kelas 2. Dulu, beliau masih
berstatus guru honorer. Sekarang ia sudah menjadi guru tetap di sana. Rupanya,
beliau masih ingat saat aku dan teman-teman sekelas berkunjung ke rumahnya
dulu.
Dua orang guru lagi yang masih di sana, yaitu Pak Imansyah dan Bu
Hasnah. Keduanya tidak sempat kutemui karena sedang berada di luar sekolah.
Sekarang Pak Imansyah sudah menjadi kepala sekolah ini. Dulu, beliau mengajar
kami pelajaran al-Qur’an dan Hadits. Kini, ia menjadi orang nomor satu di
sekolah favorit warga Murakata tersebut. Di zaman kami, kepala sekolahnya
adalah Pak Manan dan Pak Taufiqurrahman. Kami hanya merasakan Pak Manan di
tahun pertama sebelum digantikan Pak Taufiqurrahman.
Bu Hasnah ternyata juga masih di sana. Dulu, beliau mengajar kami
bahasa Inggris di kelas 1. Mungkin sekarang juga masih mengajar pelajaran yang
sama.
Aku ingin bercerita banyak tentang sekolahku yang satu ini di
kesempatan yang lain. Sungguh banyak momen tak terlupakan terkait prestasi
belajarku di sekolah ini. Aku berutang budi padanya. Semoga kelak aku bisa
datang lagi ke sini memberikan sesuatu yang berharga untuk sekolah dan
guru-guruku. shah wa
Kampung Damai, 28 November 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar