Setiap pasangan yang menikah pasti akan mengalami hal ini:
menemukan kekurangan masing-masing, menemukan aib masing-masing, mendapati
keburukan pasangannya, mengetahui apa yang tidak diketahui sebelum menikah. Begitulah
kata orang-orang yang sudah menikah, baik mereka yang sudah menjalaninya
bertahun-tahun, maupun mereka yang baru menjalaninya beberapa bulan atau
beberapa hari.
Kata Ustadz Fairuz, tidak ada yang sempurna. Kata Ustadz Hidayat,
suami dan istri itu hidup untuk saling melengkapi. Maka, jadilah mereka
pasangan yang sempurna.
Ustadz Suharto juga mengatakan, pasangan itu tercipta dari dua
perbedaan. Ibarat sandal yang kita pakai, tidak mungkin keduanya sama. Tentu
sandal di kaki kanan kita berbeda dengan sandal di kaki kiri kita. Jika sama,
maka kita tak bisa memakai keduanya.
Tapi, keduanya memiliki fungsi yang sama, mempunyai tujuan yang
sama. Walaupun berbeda, sepasang sandal itu tetap memiliki persamaan, yaitu
visi, misi, dan cita-cita. Sepasang sandal itupun akan menjadi sempurna saat
keduanya dipakai bersamaan. Itulah kesempurnaan.
Pasangan yang sempurna adalah pasangan yang bisa menyatukan
perbedaan mereka. Mereka saling melengkapi kekurangan, saling memaafkan
kesalahan dan memaklumi aib masing-masing, dan saling menjaga komitmen untuk
menjadi pelengkap hidup pasangannya.
Sehingga, seorang suami akan melihat istrinya sebagai wanita paling
sempurna di dunia. Demikian pula sang istri memandang suaminya sebagai
laki-laki paling sempurna yang ia miliki.
Karena itu, saat kita memilih pasangan untuk menikah, kita tidak
memilihnya karena kelebihan yang ia miliki, tapi karena ia adalah orang yang kekurangannya
akan kita lengkapi, dan sebaliknya. Ingatlah, tidak ada manusia yang sempurna. Saat
Anda mencarinya, sampai dunia ini berakhir Anda tidak akan pernah menemukannya.
Ustadz Hasan pernah mengatakan, setiap kekurangan itu juga bisa
menjadi kelebihan. Orang pendek memiliki kekurangan tak bisa menjangkau yang
tinggi, tapi ia punya kelebihan menerobos karena tubuhnya yang pendek.
Allah memang sengaja menciptakan manusia dengan kelebihan dan
kekurangan agar makhluknya itu pandai bersyukur dan mampu bersabar. Ia tidak
boleh sombong dengan kelebihannya, juga tidak boleh rendah diri alias minder
karena kekurangan atau aib yang ia miliki. Bahkan, kata Ustadz Syukri, jangan
berhenti berkarya dan berbuat baik karena aib yang ada pada diri kita.
Allah Maha Pemaaf dan Ia akan melihat siapa yang amalannya paling
baik di antara kita. Dalam sebuah hadis dikatakan, ikutilah perbuatan buruk itu
dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu akan menghapus keburukan. shah
wa
Kampung Damai, 29 November 2017
Abdul Wahid Mursyid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar