Bagiku, sebagai seorang Muslim,
angka satu sangatlah istimewa. Ia melambangkan tauhid, konsep Tuhan dalam
agamaku. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Satu. Dialah
satu-satunya pemilik segala kesempurnaan. Demikian guru agamaku mengajariku
tentang Tuhan. Allah menamakan diri-Nya al-Wahid atau Yang Satu untuk
membatalkan segala upaya manusia menyekutukan-Nya dengan yang lain selain
Allah.
Angka satu memang istimewa. Ia bilangan
tetap yang selalu ada di mana-mana. Jika Anda sudah sampai belajar aljabar, Anda
pasti tahu bahwa peran angka satu sangat vital. Angka satu itu tidak terlihat
saat bersanding dengan variabel atau objek, tapi ia benar-benar ada. Itulah angka
satu. Allah juga selalu bersama kita, tapi kita seringkali tidak menyadari
keberadaannya karena Ia memang tidak terdeteksi oleh indera.
Angka satu sangat identik dengan
pencapaian. Dalam hal ini, Allah menamakan diri-Nya al-Wahid karena
Dialah yang paling tinggi alias nomor satu dan tiada duanya. Dialah puncak
kesempurnaan. Tidak ada yang lebih tinggi selain Allah. Ibarat dalam kompetisi
atau perlombaan, tidak ada yang lebih hebat selain si nomor satu. Dengan kata
lain, angka satu itu sama dengan pencapaian sempurna.
Kesempurnaan itu berhubungan
dengan ketiadaan. Allah sempurna karena Ia adalah satu-satunya zat yang
benar-benar ada dan abadi dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Sedangkan makhluk
lainnya bersifat fana, tidak abadi, atau berasal dari ketiadaan. Kita semua
diciptakan oleh Allah. Dengan kata lain, kita semua berasal dari nol.
Jika angka satu identik dengan
Allah, maka angka nol identik dengan makhluk-Nya atau manusia. Sifat Allah
adalah satu, yaitu satu-satunya zat yang ada atau eksis di alam semesta. Karena
itulah ada orang yang diberi nama Abdul Wahid. Itu artinya hamba Allah
Yang Satu. Sedangkan sifat makhluk Allah atau manusia adalah nol atau tiada
alias fana. Karena itu, satu adalah lambang kesempurnaan Allah, sedangkan nol
adalah lambang kesempurnaan manusia.
Allah akan memberikan cahaya
kesempurnaan-Nya kepada manusia yang kembali kepada hakikatnya, yaitu titik
nol. Karena itu, untuk menjadi manusia sempurna, kita harus menyadari ketiadaan
kita, kefanaan kita, dan kekurangan kita. Titik nol juga berarti keikhlasan. Bukankah,
Allah tidak akan menerima amal ibadah seorang hamba jika ia tidak memurnikan
keikhlasannya, yaitu mengakui hanya Allah satu-satunya zat yang berhak
disembah, tidak ada yang lain selain Allah. Karena itulah, ikhlas menjadi pangkal
kesempurnaan (ibadah) seorang hamba.
Maka, jelaslah bahwa nol dan satu
itu berjodoh. Maka, tidak heran Surah al-Ikhlas berisi tentang pernyataan tegas
dari Allah bahwa Dia itu satu, Tuhan yang Mahaesa. Tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya. Kenapa surah yang isinya tentang
keesaan Allah dinamakan al-Iklash? Karena Allah hanya akan menerima
hamba-hamba yang mengosongkan dirinya dari segala kesyirikan alias orang-orang
ikhlas.
Pernahkah Anda belajar bahwa
semua bilangan berpangkat nol itu hasilnya pasti satu? Adakah yang tahu kenapa
hasilnya satu? Jika di ranah tauhid, jawabannya karena manusia yang berpangkat atau
bergelar mukhlis itu pasti akan bertemu Tuhannya yang satu, yaitu Allah.
Amal ibadahnya diterima, dosanya diampuni, dan kesalahannya dimaafkan. Bukankah
ini akhir yang sempurna bagi kita alias husnul khatimah?
Terus, apa inti dari tulisan ini?
Intinya, aku dan istriku tidak menyangka memiliki nama yang berjodoh. Namaku Abdul
Wahid. Istriku bernama Nur Kamilah Habibah. Aku biasa dipanggil Wahid
dan istriku biasa dipanggil Kamilah. Artinya, satu dan sempurna.
Berarti, Allah memang sudah mengatur segalanya. Ia telah menciptakan Kamilah
untuk Wahid. Mahasuci Allah dengan segala kebesaran-Nya. Semoga kami
berdua bisa menjalankan amanah Allah, membangun keluarga sakinah sesuai sunnah
Rasul-Nya. shah wa
Kampung Damai, 28 Juli 2018
Nur Wahid Al-Banjary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar