Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Sabtu, 28 Juli 2018

Satu dan Sempurna


Bagiku, sebagai seorang Muslim, angka satu sangatlah istimewa. Ia melambangkan tauhid, konsep Tuhan dalam agamaku. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Satu. Dialah satu-satunya pemilik segala kesempurnaan. Demikian guru agamaku mengajariku tentang Tuhan. Allah menamakan diri-Nya al-Wahid atau Yang Satu untuk membatalkan segala upaya manusia menyekutukan-Nya dengan yang lain selain Allah.
Angka satu memang istimewa. Ia bilangan tetap yang selalu ada di mana-mana. Jika Anda sudah sampai belajar aljabar, Anda pasti tahu bahwa peran angka satu sangat vital. Angka satu itu tidak terlihat saat bersanding dengan variabel atau objek, tapi ia benar-benar ada. Itulah angka satu. Allah juga selalu bersama kita, tapi kita seringkali tidak menyadari keberadaannya karena Ia memang tidak terdeteksi oleh indera.
Angka satu sangat identik dengan pencapaian. Dalam hal ini, Allah menamakan diri-Nya al-Wahid karena Dialah yang paling tinggi alias nomor satu dan tiada duanya. Dialah puncak kesempurnaan. Tidak ada yang lebih tinggi selain Allah. Ibarat dalam kompetisi atau perlombaan, tidak ada yang lebih hebat selain si nomor satu. Dengan kata lain, angka satu itu sama dengan pencapaian sempurna.
Kesempurnaan itu berhubungan dengan ketiadaan. Allah sempurna karena Ia adalah satu-satunya zat yang benar-benar ada dan abadi dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Sedangkan makhluk lainnya bersifat fana, tidak abadi, atau berasal dari ketiadaan. Kita semua diciptakan oleh Allah. Dengan kata lain, kita semua berasal dari nol.
Jika angka satu identik dengan Allah, maka angka nol identik dengan makhluk-Nya atau manusia. Sifat Allah adalah satu, yaitu satu-satunya zat yang ada atau eksis di alam semesta. Karena itulah ada orang yang diberi nama Abdul Wahid. Itu artinya hamba Allah Yang Satu. Sedangkan sifat makhluk Allah atau manusia adalah nol atau tiada alias fana. Karena itu, satu adalah lambang kesempurnaan Allah, sedangkan nol adalah lambang kesempurnaan manusia.
Allah akan memberikan cahaya kesempurnaan-Nya kepada manusia yang kembali kepada hakikatnya, yaitu titik nol. Karena itu, untuk menjadi manusia sempurna, kita harus menyadari ketiadaan kita, kefanaan kita, dan kekurangan kita. Titik nol juga berarti keikhlasan. Bukankah, Allah tidak akan menerima amal ibadah seorang hamba jika ia tidak memurnikan keikhlasannya, yaitu mengakui hanya Allah satu-satunya zat yang berhak disembah, tidak ada yang lain selain Allah. Karena itulah, ikhlas menjadi pangkal kesempurnaan (ibadah) seorang hamba.
Maka, jelaslah bahwa nol dan satu itu berjodoh. Maka, tidak heran Surah al-Ikhlas berisi tentang pernyataan tegas dari Allah bahwa Dia itu satu, Tuhan yang Mahaesa. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya. Kenapa surah yang isinya tentang keesaan Allah dinamakan al-Iklash? Karena Allah hanya akan menerima hamba-hamba yang mengosongkan dirinya dari segala kesyirikan alias orang-orang ikhlas.
Pernahkah Anda belajar bahwa semua bilangan berpangkat nol itu hasilnya pasti satu? Adakah yang tahu kenapa hasilnya satu? Jika di ranah tauhid, jawabannya karena manusia yang berpangkat atau bergelar mukhlis itu pasti akan bertemu Tuhannya yang satu, yaitu Allah. Amal ibadahnya diterima, dosanya diampuni, dan kesalahannya dimaafkan. Bukankah ini akhir yang sempurna bagi kita alias husnul khatimah?
Terus, apa inti dari tulisan ini? Intinya, aku dan istriku tidak menyangka memiliki nama yang berjodoh. Namaku Abdul Wahid. Istriku bernama Nur Kamilah Habibah. Aku biasa dipanggil Wahid dan istriku biasa dipanggil Kamilah. Artinya, satu dan sempurna. Berarti, Allah memang sudah mengatur segalanya. Ia telah menciptakan Kamilah untuk Wahid. Mahasuci Allah dengan segala kebesaran-Nya. Semoga kami berdua bisa menjalankan amanah Allah, membangun keluarga sakinah sesuai sunnah Rasul-Nya. shah wa

Kampung Damai, 28 Juli 2018
Nur Wahid Al-Banjary 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar