Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Sabtu, 21 Juli 2018

Sebuah Penolakan


Setelah berlalu tiga hari, baru ada jawaban. Rupanya, Mbak Sari bergerak lebih cepat daripada Uyung. Dari Mbak Sari aku sudah mendapatkan sebuah jawaban. Namun, jawaban yang kudapat tidak sesuai harapan. Rupanya, Allah ingin menguji kesabaranku sekali lagi. Aku mendapatkan penolakan halus dari seorang gadis salihah yang selama ini kudamba-dambakan.
Aku menarik napas panjang. Kubaca pelan-pelan potongan jawaban yang disampaikan lewat Mbak Sari.
“Saya ingin fokus mengurus akhirat dulu, ingin membuat kejutan untuk orang tua, kejutan di akhirat.”
Kok, saya inginnya dengan orang Jawa, atau orang Jawa Tengah... takut kejauhan.”
Kurang lebih begitulah jawaban penolakan yang kuterima. Aku bisa menangkap maksud dari jawaban itu. Intinya dia masih ingin memperbaiki diri dengan meningkatkan ibadahnya, belum memikirkan urusan menikah. Selain itu, jauhnya jarak juga tampak jadi pertimbangan. Dia orang Yogyakarta, aku orang Kalimantan. Jauh, bukan? Setidaknya, dari rumahnya ke rumahku, bisa tiga kali naik alat transportasi dengan waktu tempuh berjam-jam. Tentu saja melelahkan.
Sebenarnya, aku juga sering sangsi bisa berjodoh dengan orang di luar Kalimantan, khususnya dengan orang yang berasal dari Jawa. Alasannya hanya satu, jarak. Adakah orang Jawa yang mau menikah dengan orang Kalimantan sepertiku ini? Begitu selalu terpikir dalam benakku.
Tapi, aku selalu menepis pemikiran ini. Jarak sejauh apapun tidak akan dapat memisahkan dua orang yang berjodoh. Allah telah mempertemukan Adam dan Hawa yang terpisah sejauh jarak dari timur ke barat. Maka, tidaklah sulit sama sekali jika hanya terpisah Laut Jawa. Biaya transportasi? Allah Maha Pemberi Rezeki. Masih kurang yakinkah Anda dengan kemurahan-Nya? Apalagi Allah sudah menjamin rezeki dua orang yang mengikuti sunnah Rasulullah Saw, yaitu menyempurnakan separuh agama.
Aku sudah menyerahkan sepenuhnya urusan jodohku kepada Allah. Walaupun sudah jelas maksud dari jawaban di atas, aku masih merasa punya harapan. Entah dari mana datangnya harapan itu. Hanya saja, hatiku mengatakan bahwa ini belum final. Dia memang sudah memberikan jawaban penolakan melalui Mbak Sari. Tapi, aku masih menunggu jawaban yang disampaikannya lewat Uyung. Sampai detik ini, Uyung belum juga memberitahuku. Jika jawabannya sama, maka sudah jelas ia bukan jodohku.
Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada Mbak Sari atas kesediaannya membantuku. Ia meminta maaf tidak bisa berbuat banyak meyakinkan adik kelasnya itu. Tak masalah. Jika berjodoh, Allah pasti memberi jalan. Terkadang jalan itu memang di luar dugaan kita. Seperti halnya rezeki yang bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka. Aku pun kembali ke atas sajadah, bersujud dan berdoa. Mungkin saja Allah akan membalik hatinya dan memberikan jawaban yang berbeda. shah wa
Bersambung ke “Kesucian Ta‘arufku...”

Kampung Damai, 21 Juli 2018
Nur Wahid Al-Banjary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar