Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Sabtu, 07 Juli 2018

Yogyakarta Jodohku


Aku tak pernah menyangka akan berjodoh dengan kota kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta memang mengagumkan. Aku termasuk salah seorang pengagumnya walaupun sebelum menikah sangat jarang pergi ke sana. Aku selalu mendengar orang-orang berbicara tentang Yogyakarta yang terkenal dengan kota pendidikan itu. Banyak hal yang menarik dari kota ini. Karena itulah tidak heran banyak turis yang menambahkannya ke dalam daftar kota tujuan mereka.
Aku selalu bertanya di dalam hati di manakah kakiku akan berhenti untuk menemukan tambatan hati. Selama 10 tahun lebih aku merantau di tanah Jawa membuatku merasa akan mendapatkan orang Jawa. Tapi, aku tidak pernah yakin di bagian Jawa manakah wanita impianku itu berada. Hingga kemudian semua itu terjawab dengan terbukanya tirai jodoh pada tahun 2016 lalu. Aku sampai tak percaya kalau benar-benar berjodoh dengan kota yang berada di bawah kekuasaan Sultan Hamengkubowono itu.
Aku pernah berkeinginan kuat untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di Yogyakarta. Saat itu, aku masih tercatat sebagai siswa MTsN Barabai. Namun, gaung Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan sudah sampai ke sekolahku di Kalimantan. Bahkan, semua orang punya mimpi kuliah di sana. Namun, pada akhirnya keinginan itu harus kupendam demi belajar di Gontor. Guru-guru dan teman-temanku sempat menyayangkan keputusanku, tapi aku tahu bahwa pilihanku sudah tepat, yaitu menjadi seorang santri.
Allah memang sudah mengatur semuanya. Kini, aku bisa keliling Yogyakarta sepuasku. Bahkan, aku punya rumah untuk pulang ke sana. Aku bangga bisa menjadi bagian dari kota impianku ini. Tapi, aku tetap mencintai tanah kelahiranku. Aku hanya perlu membekali diri untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk kedua kota tercintaku. shah wa

Kampung Damai, 7 Juli 2018
Nur Wahid Al-Banjary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar