Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Selasa, 03 Juli 2018

Namanya Nur Kamilah Habibah


“Nama yang indah,” kata ibuku. Itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulut ibuku saat kusebutkan nama calon menantunya. Kulihat jelas betapa senangnya ibuku mendengar nama itu. Ia mungkin tidak tahu artinya. Tapi, ia bisa merasakan keindahan susunan namanya dan mampu membayangkan keindahan budi pekerti pemiliknya. Tidak ada sedikit pun keraguan dari ibuku untuk menerima si pemilik nama menjadi bagian dari keluarga kami, walaupun ia tidak tahu sama sekali siapa sebenarnya sang pemilik nama itu.
Naluri seorang ibu sangatlah tajam. Ia memang tidak tahu siapa itu Nur Kamilah Habibah, tapi ia tahu putra pertamanya pasti tidak salah memilih pendamping hidup. Ia begitu meyakini pilihanku dan langsung menyetujuinya. Tidak ada pertanyaan lain tentangnya selain ‘kapan bisa dilamar’ dan diresmikan menjadi anggota keluarga Haji Mursyid. Sayangnya, aku tidak sempat memperkenalkannya kepada ayah, bahkan namanya pun tidak sempat ia dengar. Namun, aku tahu ayahku pun pasti menyetujui pilihanku ini.
Nur Kamilah Habibah. Pertama kali mendengar namanya, jantungku langsung berdegup lebih kencang dari biasanya. Nama itu sulit diabaikan. Pemiliknya tentu seorang yang istimewa. Tanpa pikir panjang, aku langsung meminta kepada Allah untuk menjadikannya akhir dari pencarian jodohku. Allah pun mengabulkan doaku. Si pemilik nama yang indah itu kini sudah berada di sampingku dan siap sedia menemaniku dalam suka maupun duka.
Orangnya sangat sesuai dengan namanya. Nur bermakna cahaya. Ia juga bermakna petunjuk atau hidayah. Cahaya memang identik dengan segala kebaikan. Di dalam dirinya pun kutemui banyak kebaikan yang menjadikannya seorang istri salihah. Kebaikan-kebaikan itulah yang membuatnya tampak indah bercahaya. Cahayanya putih bersih dan bersinar terang. Indah sekali. Tak kusangka bisa mendapatkan cahaya seindah itu, namun Allah telah berbaik hati menghadirkannya untukku.
Kamilah bermakna sempurna. Bagiku, si pemilik nama adalah orang yang sempurna untukku, untuk menutupi segala kekuranganku. Manusia memang tercipta dengan segala kekurangan karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah. Tapi, kita diilhami untuk terus meningkat dengan memperbaiki diri hari demi hari. Kemauan untuk memperbaiki diri itulah yang dimiliki istriku.
Habibah bermakna kekasih atau orang yang disayangi dan dikasihi. Ia memang disayang banyak orang. Teman-temannya menyayanginya, demikian juga guru-guru yang mengenalnya. Tentu saja ia adalah anak kesayangan orang tuanya. Aku juga tahu bahwa ia terus berusaha menjadi hamba yang selalu disayangi Allah. Demikianlah, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, aku begitu menyayanginya sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anakku.
Nur Kamilah Habibah, nama yang indah, bukan? Aku kini hidup bersama sang cahaya. Ia menyempurnakan kehidupanku yang penuh dengan segala kelemahan dan kekurangan. Dan ia menghadirkan kasih sayang di dalam hatiku. Maafkan aku jika belum bisa menjadi suami yang sempurna untukmu, wahai istriku...! shah wa

Kampung Damai, 3 Juli 2018
Nur Wahid Al-Banjary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar