Institusi
kepolisian merupakan lembaga negara yang berfungsi menjadi pengayom masyarakat,
pelindung, sekaligus penjaga keamanan di negeri ini. Sudah seharusnya menjadi
tugas polisi untuk menjaga ketenteraman dan ketenangan hidup warga Indonesia,
di manapun mereka berada. Seharusnya, warga pun merasa aman berada di dekat
mereka. Mereka juga harus bertindak hati-hati. Ceroboh atau lalai sedikit saja
bisa berakibat fatal hingga mencemari nama baik institusi. Apalagi, jika sampai
melanggar kode etik, bisa-bisa masyarakat tidak percaya kepada polisi lagi.
Minimal
terangkum tiga tindakan oknum polisi yang membuat institusi kepolisian harus
mengevaluasi diri beberapa bulan ini. Pertama, tindakan ceroboh seorang polisi
yang menembaki satu mobil berisi rombongan keluarga berjumlah tujuh orang.
Seperti diberitakan tribunnews.com (18/4/2017), peristiwa itu terjadi
lantaran si pengemudi mobil menerobos razia yang sedang digelar satuan polisi
di jalur lingkar barat Kota Lubuklinggau pada tanggal 18 April 2017 silam.
Polisi yang
curiga kemudian mengejar mobil tersebut dan melepaskan tembakan terarah
beberapa kali. Akibatnya, satu orang nenek tua berusia 55 tahun meninggal di
tempat karena sejumlah peluru menembus tubuhnya. Sementara lima orang lainnya
mengalami luka-luka. Satu penumpang yang ternyata anak kecil berusia enam tahun
beruntung terhindar dari tembakan. Satu korban tembak yang sempat dirawat di
rumah sakit ikut meninggal beberapa hari kemudian.
Belakangan
diketahui penyebab mobil berisi rombongan keluarga tersebut nekat menerobos
razia. Menurut keterangan polisi, si pengemudi tidak memiliki SIM serta STNK
mobil yang dikendarainya mati. Rombongan hanya mau pergi ke acara kondangan, namun
polisi yang gegabah menembaki mereka seperti menembaki pelaku terorisme.
Selanjutnya,
tindakan ceroboh lainnya yang dilakukan seorang oknum polisi dan berakibat
sangat fatal adalah salah tembak. Dikira yang tertembak adalah pencuri,
ternyata anak sendiri. peristiwa tragis nan memilukan tersebut terjadi di
Bengkulu pada tanggal 26 April 2017. Sebagaimana dirilis kompas.com
(26/4/2017), seorang oknum polisi menembak anaknya sendiri yang ia kira
pencuri di pagi hari pukul 04.00 waktu setempat.
Pada hari itu,
pelaku mendengar pintu kamarnya berderit. Ia langsung curiga ada pencuri masuk
rumahnya. Dengan cepat ia mengambil senjata api atau pistol miliknya dan
menembak sosok di tengah gelap yang ia kira pencuri. Korban langsung tersungkur
jatuh. Setelah dihampiri, ternyata dia telah menembak anaknya sendiri. Walau
sempat dilarikan ke rumah sakit, nyawa anaknya yang masih usia SMP itu sudah
tak tertolong. Setelah mengetahui meninggal, pelaku sempat bersembunyi untuk
menenangkan diri. Namun, saat ini pelaku sudah menyerahkan dirinya pada tanggal
28 April 2017 kemarin.
Kemudian yang
terbaru terdengar kabar pemerkosaan yang dilakukan oknum polisi lainnya di
daerah Nias saat bertugas menggelar razia narkoba. Diketahui dari liputan6.com
(29/4/2017), bahwa seorang polisi dari Satuan Narkoba di Nias, Sumatera
Utara, mendapat laporan adanya transaksi narkoba di sebuah warnet. Namun, saat
tiba di tempat, polisi tersebut hanya menemukan sepasang remaja SMA yang berduaan
sedang bermain internet, tidak terbukti membawa narkoba jenis apapun juga.
Tanpa alasan
yang jelas, oknum polisi tersebut memaksa mereka berdua ke mobilnya. Mereka
mendapat ancaman akan ditangkap dengan tuduhan membawa narkoba atau melakukan
perbuatan tak senonoh di warnet. Akhirnya, kedua anak itu diperas. Si anak
laki-laki dimintai uang sebesar Rp 1 juta, namun karena uangnya tidak cukup ia
dipaksa mencari tambahan ke suatu tempat. Sementara anak perempuan yang
bersamanya tetap disekap di mobil. Ternyata, selama ditinggal berduaan, oknum
polisi tersebut memerkosanya.
Inilah tiga
peristiwa ironis yang melibatkan oknum polisi beberapa bulan terakhir. Memang
masih banyak anggota polisi yang baik, jujur, dan terpercaya. Namun, tindakan
ceroboh atau gegabah akan berakibat fatal dan bisa menjadi penyesalan seumur hidup.
Karenanya, sikap hati-hati sangat diperlukan seorang polisi. Selain itu,
seorang polisi juga harus mampu menahan diri dari godaan-godaan yang dapat
menjatuhkan kredibilitas dan harkat martabatnya. shah wa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar