Belum lama
ini kita disuguhi peristiwa memilukan dengan kejadian longsor di daerah
Ponorogo. Bahkan, proses pencarian korban longsor yang hilang masih diupayakan.
Hari ini, Jum‘at (7/4), warga di daerah Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta, mendapat ancaman bencan yang sama, yaitu tanah longsor, sehingga
sejumlah kepala keluarga telah diungsikan ke tempat yang aman sebagaimana dikabarkan
metrotvnews.com.
Musim hujan
memang rawan bencana longsor, tentunya selain banjir. Penduduk yang tinggal di
daerah perbukitan mesti mewaspadai ini. Retakan tanah bisa saja terjadi tanpa
diketahui. Meskipun diketahui ada retakan, kadangkala penduduk tidak begitu
menghiraukannya. Sehingga, bencana longsor seringkali menelan korban, padahal penduduk
sudah diperingatkan pemerintah setempat atau petugas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).
Minimnya
kewaspadaan penduduk di wilayah perbukitan terhadap bencana longsor ini patut
disesalkan, seperti kisah bencana longsor di Ponorogo tersebut. Memang,
penduduk Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, sudah menaati
himbauan pemerintah untuk mengungsi, tapi mereka pergi ke tempat pengungsian
hanya pada malam hari. Saat pagi tiba, mereka kembali lagi ke rumah
masing-masing untuk mengurusi ternak dan melakukan aktivitas keseharian
lainnya. Padahal, retakan tanah sudah berpotensi lonsor. Sayang seribu sayang,
di pagi hari itulah bencana longsor yang dikhawatirkan itu datang tiba-tiba.
Berkaca dari
kejadian ini, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta segera menghimbau warga
Kabupaten Kulon Progo untuk mengungsi ke tempat yang telah disediakan.
Sebenarnya, pada Kamis (6/4) malam sudah terjadi longsor di sebuah bukit yang
berlokasi di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Longsor itu sudah
merusak tiga rumah warga, namun tidak sampai menyebabkan korban jiwa.
Longsor
susulan ditaksir pemerintah setempat akan terjadi lagi. Karena itu, mau tidak
mau, warga Kulon Progo harus diungsikan, termasuk penghuni tiga rumah yang
rusak terkena longsor sebelumnya. Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Gusdi
Hartono, mengungkapkan bahwa longsor sebelumnya itu telah menimbulkan retakan
tanah di perbukitan tersebut mencapai 500 meter. Bahkan, di wilayah retakan itu
ada batu besar yang bisa jatuh menimpa rumah-rumah warga jika terjadi longsor
susulan.
Demi
menghindari korban jiwa serta sebagai antisipasi bencana longsor yang bisa
terjadi kapan saja, pemerintah melarang warga yang sudah diungsikan untuk
kembali ke rumah. Mereka juga dilarang untuk berada terlalu dekat dari lokasi
rawan longsor tersebut. Selanjutnya, relokasi rumah warga yang terancam longsor
itu sedang dipikirkan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap
warganya. shah wa
Sumber:
metrotvnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar