Ajal datang
tanpa diundang. Ia menjumpai kita kapan saja ia mau sesuai suratan takdir dari
Mahakuasa. Semua orang yang meyakini adanya kehidupan setelah mati berharap ia
datang saat mereka sedang melakukan ketaatan atau dalam keadaan menunaikan
ibadah. Itulah husnul khatimah atau akhir hidup yang indah.
Impian
seorang qari atau orang yang pandai membaca al-Qur’an adalah bisa terus bersama
kitab suci umat Islam itu hingga akhir hayatnya. Impian itu telah dicapai oleh
seorang qari bernama Ja’far Abdur Rahman. Ia diberitakan tribunnews.com
(24/4/2017) meninggal dunia ketika sedang membaca beberapa ayat al-Qur’an
di acara haul keluarga Menteri Sosial (Mensos) RI, Khofifah Indar Parawansa,
Senin (24/4) ini.
Orang-orang
yang menyaksikan langsung bagaimana Ja’far meninggal sempat terkejut. Bahkan,
ada yang berteriak histeris. Saat mulai membaca al-Qur’an di atas panggung,
Ja’far terlihat biasa saja. Suaranya yang merdu terdengar mengalun membaca
Surat al-Mulk. Namun, sampai ayat ketiga suaranya mulai terdengar lirih.
Menurut saksi mata, memasuki ayat keempat, suara Ja’far sudah tidak terdengar.
Mikrofon yang dia pegang jatuh terlepas dari tangannya dan tubuhnya tersungkur
ke depan.
Setelah
diperiksa tim medis yang menangani Ja’far setelah sampai di Rumah Sakit terdekat,
Ja’far dinyatakan meninggal. Hari yang indah buat Ja’far karena selain menemui
ajalnya saat membaca al-Qur’an, ia meninggal dunia di salah satu hari besar
yang diperingati umat Islam, yaitu Hari Isra Mi’raj.
Sejak kecil,
Ja’far memang dikenal jago membaca al-Qur’an. Pria kelahiran 1961 itu
bertetangga dengan Khofifah. Rumahnya di Gang VI, Kelurahan/Kecamatan Wonocolo,
Surabaya, Jawa Timur, tidak jauh dari rumah Mensos RI tersebut. Dengan
kepandaiannya itu, kepada suara.com (24/4/2017), Khofifah mengaku bahwa
ia sering meminta Ja’far membaca al-Qur’an di berbagai acara besar yang
diselenggarakannya, termasuk acara haul keluarga Khofifah yang digelar pada
hari itu di kediaman Khofifah di Jemursari, Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur.
Keseharian
Ja’far hingga akhirnya hayatnya adalah mengajar anak-anak di kampungnya membaca
al-Qur’an atau mengaji. Menurut keterangan tetangganya, sebagaimana dilansir
dari viva.co.id (24/4/2017), Ja’far mulai mengajari anak-anak mengaji
setelah ia kembali dari belajar di sebuah pondok pesantren.
Kini, Ja’far
yang pernah menjadi qari pada pembukaan Muktamar NU di Situbondo pada tahun
1984 itu telah tiada. Ia telah meninggalkan jejak yang baik dan warisan ilmu
al-Qur’an kepada anak-anak di kampungnya. Semua orang akan mengenang segala
kebaikannya dan mengingatnya sebagai ahli al-Qur’an yang hidup bersama
al-Qur’an hingga akhir hidupnya di dunia ini. shah wa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar