Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis dunia. Tanpa cahaya, tak mungkin terlukis alam semesta. Tanpa cahaya tak terlukis pula keindahan cinta. Tanpa cahaya, dunia hanya bisa diraba namun tak bisa diterjemahkan kata. Tanpa cahaya, hidup pun tak bermakna. Tanpa cahaya, tak ada cinta. Cahaya adalah karunia Tuhan yang begitu berharga. Cahaya adalah tanda cinta Allah untuk kita.

Senin, 24 April 2017

Akhir yang Indah bagi Seorang Qari! Ajal Menjemputnya Saat Membaca Al-Qur’an di Rumah Mensos RI

Ajal datang tanpa diundang. Ia menjumpai kita kapan saja ia mau sesuai suratan takdir dari Mahakuasa. Semua orang yang meyakini adanya kehidupan setelah mati berharap ia datang saat mereka sedang melakukan ketaatan atau dalam keadaan menunaikan ibadah. Itulah husnul khatimah atau akhir hidup yang indah.
Impian seorang qari atau orang yang pandai membaca al-Qur’an adalah bisa terus bersama kitab suci umat Islam itu hingga akhir hayatnya. Impian itu telah dicapai oleh seorang qari bernama Ja’far Abdur Rahman. Ia diberitakan tribunnews.com (24/4/2017) meninggal dunia ketika sedang membaca beberapa ayat al-Qur’an di acara haul keluarga Menteri Sosial (Mensos) RI, Khofifah Indar Parawansa, Senin (24/4) ini.
Orang-orang yang menyaksikan langsung bagaimana Ja’far meninggal sempat terkejut. Bahkan, ada yang berteriak histeris. Saat mulai membaca al-Qur’an di atas panggung, Ja’far terlihat biasa saja. Suaranya yang merdu terdengar mengalun membaca Surat al-Mulk. Namun, sampai ayat ketiga suaranya mulai terdengar lirih. Menurut saksi mata, memasuki ayat keempat, suara Ja’far sudah tidak terdengar. Mikrofon yang dia pegang jatuh terlepas dari tangannya dan tubuhnya tersungkur ke depan.
Setelah diperiksa tim medis yang menangani Ja’far setelah sampai di Rumah Sakit terdekat, Ja’far dinyatakan meninggal. Hari yang indah buat Ja’far karena selain menemui ajalnya saat membaca al-Qur’an, ia meninggal dunia di salah satu hari besar yang diperingati umat Islam, yaitu Hari Isra Mi’raj.
Sejak kecil, Ja’far memang dikenal jago membaca al-Qur’an. Pria kelahiran 1961 itu bertetangga dengan Khofifah. Rumahnya di Gang VI, Kelurahan/Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, tidak jauh dari rumah Mensos RI tersebut. Dengan kepandaiannya itu, kepada suara.com (24/4/2017), Khofifah mengaku bahwa ia sering meminta Ja’far membaca al-Qur’an di berbagai acara besar yang diselenggarakannya, termasuk acara haul keluarga Khofifah yang digelar pada hari itu di kediaman Khofifah di Jemursari, Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur.
Keseharian Ja’far hingga akhirnya hayatnya adalah mengajar anak-anak di kampungnya membaca al-Qur’an atau mengaji. Menurut keterangan tetangganya, sebagaimana dilansir dari viva.co.id (24/4/2017), Ja’far mulai mengajari anak-anak mengaji setelah ia kembali dari belajar di sebuah pondok pesantren.

Kini, Ja’far yang pernah menjadi qari pada pembukaan Muktamar NU di Situbondo pada tahun 1984 itu telah tiada. Ia telah meninggalkan jejak yang baik dan warisan ilmu al-Qur’an kepada anak-anak di kampungnya. Semua orang akan mengenang segala kebaikannya dan mengingatnya sebagai ahli al-Qur’an yang hidup bersama al-Qur’an hingga akhir hidupnya di dunia ini. shah wa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar